Lihat ke Halaman Asli

Gilang Ananda Firdaus

Mahasiswa UIN Raden mas said Surakarta

Budaya Seren Taun Masyarakat Sunda dalam Perspektif Islam

Diperbarui: 21 April 2024   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Gilang Ananda Firdaus

Pendahuluan

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku bangsa. Setiap suku bangsa menyimpan kearifan tradisional yang memiliki kekhasan masing-masing dan memiliki ragam bentuk, yang berupa pitutur, upacara tradisional, sistem nilai dan norma, maupun mitos-mitos. Kearifan tradisional merupakan ajaran normatif yang mereka gunakan untuk mengatur hubungan sesama manusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan lingkungan. 

Semua bentuk kearifan tradisional tersebut bermuara pada pengaturan pola relasi untuk mencapai keseimbangan hidup Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku bangsa. 

Setiap suku bangsa menyimpan kearifan tradisional yang memiliki kekhasan masing-masing dan memiliki ragam bentuk, yang berupa pitutur, upacara tradisional, sistem nilai dan norma, maupun mitos-mitos. Kearifan tradisional merupakan ajaran normatif yang mereka gunakan untuk mengatur hubungan sesama manusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan lingkungan. Semua bentuk kearifan tradisional tersebut bermuara pada pengaturan pola relasi untuk mencapai keseimbangan hidup.

Tradisi Seren Taun adalah upacara adat pasca panen yang dilakukan oleh masyarakat Sunda, khususnya yang berada di wilayah Banten Kidul, Cigugur, Sindang Barang, dan lain-lain. 

Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang diperoleh, sekaligus sebagai serah terima tahun lama ke tahun baru. Tradisi Seren Taun memiliki berbagai ritual dan simbol yang berkaitan dengan kepercayaan Sunda Wiwitan, yang merupakan ajaran leluhur masyarakat Sunda sebelum masuknya agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha.

Namun, dalam perkembangannya, tradisi Seren Taun tidak hanya diikuti oleh penganut Sunda Wiwitan, tetapi juga oleh penganut agama lain, termasuk Islam. Hal ini menunjukkan adanya toleransi dan pluralisme yang hidup dalam masyarakat Sunda. 

Namun, di sisi lain, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pandangan Islam terhadap tradisi Seren Taun, apakah tradisi ini sesuai dengan ajaran Islam, ataukah tradisi ini mengandung unsur-unsur syirik dan bid'ah yang bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tradisi Seren Taun dalam perspektif Islam, dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Upacara Seren Taun merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat agraris Sunda sebagai ungkapan rasa syukur pada pemberian Tuhan yang melimpah melalui tanah yang subur dan hasil yang melimpah. Upacara ini juga merupakan bentuk ajaran moral yang disampaikan secara nonverbal supaya manusia berlaku adil terhadap alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline