Malam-malam
mulai ia menyulam
satu-dua bercak
dari darahnya gagak
Mengaduk serbuk biji mimpi
ditimbun hati-hati
Dengannya kelak akan kau lihat
ladang luas, kebun stroberi
atau serigala bertani,
mungkin juga kuda terbang,
nenek penyihir meramu pandora dalam beribu guci
Hingga sampai ku di dunia tanpa fisika
Aku senang menerka-nerka,
bagaimana rasanya gulali yang dipetik dari pohon,
rupa puteri periang bermata jernih,
atau penjahat kejam yang membuatku jerih.
Hingga sampai pulasku,
sampai lelapku
siap bermimpi..
lupa titimangsa,
oleh : gijenal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H