Lihat ke Halaman Asli

Gigin AryaLugina

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Sejarah Dan Peradaban ISlam

Nyangku Panjalu: Tradisi Setiap Bulan Mulud di Panjalu, Ciamis

Diperbarui: 18 Januari 2023   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Berbagai tradisi dan adat istiadat yang ada di indonesia, salah satunya yakni tradisi nyangku.

Istilah Nyangku berasal dari kata yanko yang dalam bahasa Arab artinya membersihkan. Namun, pelafalannya berubah menjadi nyangku. Nyangku dalam bahasa Sunda dapat berupa akronim dari nyaangan laku atau menerangi perilaku.

Nyangku adalah suatu ritual memandikan pusaka panjalu, yang konon katanya pada dahulu kala Borosngora yang menjadi Raja panjalu melanjutkan estafeta kepemimpinan dari ayahnya mendapatkan Pedang yang disinyalir oleh warga setempat adalah Pedang Sayyidina Ali yang diberikan saat Pangeran Borosngora berguru agama islam ke negeri Arab.

Prosesi pemandian atau pencucian pusaka panjalu dimulai di tempat penyimpanan pusaka-pusaka panjalu , tempatnya yang bernama Bumi Alit menjadi tempat penyimpanan pusaka, setelah itu alat-alat pusaka ini dibopong menggunakan tutup kain seperti sorban ke alun-alun panjalu ( Taman Borosngora) untuk dimandikan disana, tetapi sebelumnya para pembopong pusaka ini berjalan terlebih dahulu ke makom syehk panjalu yang berada di Nusa ( pulau tengah-tengah situ lengkong panjalu) dan menyebrangi situ lengkong untuk melakukan prosesi berdoa di makam borosngora menggunakan perahu, ditemani dengan suara benjang sekaligus membakar kemenyan.

Pusaka-pusaka ini dicuci dengan air karomah tirta kahuripan yang diambil dari 9 sumber mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat Kecamatan Panjalu. Sumber mata air tersebut berasal dari sumber mata air gunung bitung, mata air gunung sawal, mata air cipanjalu, mata air situ lengkong, mata air kapunduhan, mata air ciater, mata air gunung tilu, mata air cilimus, dan mata air ciomas. Air tersebut di bawa menggunakan "kele" yaitu sebuah tempat yang dibuat dari bambu dan dilubangi dibagian atasnya. Selain air, jeruk nipis juga dipakai untuk menghilangkan karat dari benda-benda peninggalan kerajaan Panjalu yang pada dasarnya terbuat dari bahan besi tempa yang dikarenakan termakan usia pasti menimbulkan karat yang cukup tebal.

terakhir, setelah dilakukan pensucian, benda peninggalan itu diolesi minyak khusus yang kemudian dibungkus kain berwarna putih dan disimpan kembali ke Pasucian Bumi Alit. Semua benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dibersihkan. Hanya saja yang diperlihatkan secara simbolis ke masyarakat hanya tiga. Yakni Pedang Zulfikar, Kujang Panjalu dan Keris Stok Komando.

Tradisi Nyangku Panjalu ini dilaksanakan pada bulan Mulud atau Rabiul Awal dengan tanggal pelaksanaan disesuaikan dengan penyelenggara yaitu keluarga atau keturunan-keturunan pangeran borosngora.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline