Lihat ke Halaman Asli

Gigih Cahyo Aji

Berusaha Sharing yang terbaik

Rindu

Diperbarui: 19 Juni 2020   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala malam datang dingin merasuk tulang
biarkan lah dia menggerayangi tubummu
Karena telah ku titipkan rindu yang meradang
Akibat dari percikan senyuman yang muncul dari palung hatiku

Izinkan dia membuatmu menggigil
Membalutmu laksana malam dan gelap
Yang tak terpisah dan terpatri
Walau bintang dan bulan bersinar terang dan gemerlap

Kasih
Biarkan ia datang dalam mimpimu
Mengingatkan bahwa aku datang dengan wujud yang lain
Membasuh segala gundah gusar mu
Berganti dengan seutas harapan yang terjalin
Yang menuntun mu menuju keteraturan

Aku ingin merindukanmu dengan sederhana, dengan tetesan embun yang datang setiap pagi tanpa harus berkelit kenapa dia tak abadi
Aku ingin merindukanmu dengan sederhana, dengan isyarat luka yang tak pernah bertanya sebab yang menjadikannya lara

Kekasih
Sebenernya aku meluap-luap
Rinduku tak pernah biasa, selalu lebur, lembut, dan kasat
Kalau kebahagiaanmu terletak pada satu titik
Biarkan aku melebur hancur menjadi seonggok tanah
Sebagai pijakan surgamu yang terbaik
Jika bagian tubuhmu ada yang terluka
Biarkan aku hancur lembut dan kasat menjadi serbuk obat
Yang larut dalam darahmu
Menghempaskan luka, membuatmu kuat melawan waktu

Rinduku tak pernah biasa, embun jadi saksinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline