Ayrton Senna, sebuah nama yang lekat di ingatan para pecinta balap F1 sebagai seorang legenda yang sangat karismatik. Selain itu Senna juga dikenal sebagai seorang pembalap yang agresif di lintasan balap. Sangat agresif sehingga sering menimbulkan kontroversi-kontroversi terhadap keagresifannya di dalam lintasan.
Tapi Sayang juara dunia 3 kali bersama Mclaren ini harus terenggut nyawanya di dalam lintasan ketika dia mengalami kecelakaan di tikungan pertama sirkuit Imola pada 2 Mei 25 tahun lalu. Pada perayaan 25 tahun kepergiannya, saya disini ingin mengenang kembali siapa Ayrton Senna dan hari dimana dunia F1 kehilangannya.
Ayrton Senna Dan Awal Mulanya
Ayrton Senna Da Silva Lahir pada 21 Maret 1960. Senna adalah anak dari pengusaha yang bisa dibilang tekemuka di Sao Paolo Brazil yaitu Milton Da Silva dan istrinya Neide Senna Da Silva.
Senna yang mempunyai nama julukan "Beco" di keluarganya ini memulai karir Gokartnya pada umur 13 dan diumur 17 di berhasil memenangkan kejuaraan Gokart pertamanya. Dari situ akhirnya 4 tahun kemudian Senna pindah meneruskan karirnya di Inggris ketika dia mengikuti Formula Ford lalu Formula 3 Inggris yang pada saat itu dia bersaing dengan mantan pembalap dan sekarang komentator dan jurnalis terkenal F1 Martin Brundle.
Senna pada tahun 1984 akhirnya memulai karirnya di dunia F1 bersama tim Toleman. Setelah menjuarai beberapa kategori balap dibawah F1 seperti Fomula 3 Inggris, dan Formula Ford. Sebenarnya Senna bisa saja gabung langsung dengan tim-tim besar seperti Mclaren, Williams, atau Brabham saat itu.
Walaupun Senna sudah melakukan tes dengan berbagai tim tersebut dan membuat hasil yang impresif serta membuat takjub para tim bos, tapi karena ada beberapa hal di luar teknis dari pihak Senna sendiri untuk memilih tim-tim tersebut akhirnya Senna hanya bisa memilih tim Toleman yang pada saat itu terbilang adalah tim yang cukup baru di dunia F1.
Tapi dengan begitu Ayrton Senna bisa memperlihatkan sinarnya dan dengan hebat mempertontonkan kemampuannya kepada dunia dengan tim yang tidak terlalu bagus ini. Semua itu terjadi ketika di GP Monaco 1984. Setelah sebelumnya Senna sudah berhasil mendapatkan poin di balapan GP Afrika Selatan dan GP Belgia, kali ini di GP Monaco dia berhasil meraih podium F1 pertamanya di lintasan jalanan yang sangat basah saat itu.
Kemampuannya sangat diperlihatkan ketika dia merangsek naik perlahan-lahan dari posisi kualifikasinya ke 13 bisa sampai ke posisi 2 saat akhir balapan, dan jika bukan karena balapan di berhentikan karena hujan deras dan lintasan yang sangat basah bisa saja Senna memenangkan balapan melewati Alain Prost yang saat itu ketika Alain Prost yang memimpin balapan lambat laun mengalami kesulitan pada keadaan hujan yang terlampau deras.
Setelah GP Monaco, Senna menambahkan koleksi poinnya dengan dua podium lagi di GP Inggris dan portugal. Mengakhiri musim bertengger di posisi ke 9 dengan 13 poin. Hasil yang cukup bagus untuk debutan yang mobilnya kurang kompetitif.