Asia Tenggara adalah wilayah yang dikenal dengan keragaman budayanya. Salah satu aspek budaya yang menarik perhatian adalah kebiasaan memakan serangga.
Meskipun mungkin terdengar aneh atau bahkan menjijikkan bagi sebagian orang, serangga sebenarnya telah menjadi bagian dari makanan tradisional di beberapa negara Asia Tenggara selama berabad-abad.
Dalam beberapa budaya di Asia Tenggara, serangga dipandang sebagai sumber protein yang melimpah dan terjangkau secara ekonomi.
Di Thailand, misalnya, serangga seperti jangkrik, belalang, ulat sutra dan semut adalah makanan umum. Orang Thailand percaya bahwa serangga mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti protein tinggi, lemak sehat dan zat besi.
Di Kamboja, tarantula goreng adalah hidangan populer. Di Laos, kumbang air dan belalang adalah hidangan populer. Hidangan serangga juga dapat ditemukan di Indonesia, terutama di daerah-daerah seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Ketersediaan ini menjadikannya sumber protein yang murah dan berkelanjutan. Serangga juga dianggap memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah daripada produksi ternak tradisional, yang seringkali membutuhkan lahan yang luas dan pakan yang intensif sumber daya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kebiasaan makan serangga mungkin tidak populer di seluruh Asia Tenggara.Pengaruh globalisasi dan modernisasi juga telah menyebabkan perubahan pola makan di beberapa negara, yang mengakibatkan penurunan konsumsi serangga.
Pengaruh globalisasi dan modernisasi juga telah menyebabkan perubahan pola makan di beberapa negara, yang mengakibatkan penurunan konsumsi serangga.
Sumber: Seasia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H