Lihat ke Halaman Asli

Batam Berdarah, Rasa Aman Kian Mahal

Diperbarui: 28 September 2015   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

27 September kemarin menjadi Minggu berdarah di Batam. Betapa tidak, dua peristiwa pembunuhan sadis terjadi di hari yang sama, dengan korban dua orang perempuan. Korban pertama adalah Dian Milenia, seorang pelajar SMU yang ditemukan tewas dalam kondisi bugil di sebuah hutan lindung. Di lehernya terdapat luka tusuk. Korban lainnya adalah seorang ibu rumah tangga, yang tewas juga dengan luka tusuk di leher.

Ini bukan kejadian kali pertama. Beberapa bulan sebelumnya, Juni 2015, seorang wanita muda yang bekerja sebagai SPG juga ditemukan tewas mengenaskan dalam kondisi tanpa menggunakan busana. Pelaku menggorok leher korban. Sadis! Nyawa seperti sudah tidak ada harganya lagi.

Sepanjang 2015, peristiwa serupa terjadi di berbagai tempat di Batam. Dari Januari hingga September 2015, terhitung ada 13 kasus pembunuhan. 8 kasus di antaranya hingga kini belum terungkap (Batam Pos, 27/9).

Data tentang banyaknya kasus pembunuhan yang belum terungkap ini menjelaskan satu fakta yang sulit dielakkan bahwa, ada kelemahan dari aparat kepolisian dalam mengatasi aksi kejahatan ini. Boleh jadi, ini yang membuat pelaku pembunuhan bisa berkeliaran bebas dan semakin berani menjalankan aksinya. Kalau sudah begini, keresahan dan ketakutan masyarakat akan kejahatan (fear of crime) akan semakin menjadi-jadi.

Rasa aman di Batam menjadi semakin mahal. Padahal, memperoleh rasa aman itu merupakan salah satu hak yang paling asasi atas setiap individu. Dan negara harus hadir untuk bisa memberikan rasa aman tersebut. Negara harus dapat menjamin rasa aman warga, dimanapun, setiap saat. Setiap orang tentu ingin merasa nyaman dan aman saat bepergian, terhindar dari berbagai tindak kejahatan yang senantiasa mengancam.

Polisi dituntut untuk lebih meningkatkan perannya. Polisi harus sigap melakukan deteksi dini atau upaya pencegahan atas tindakan kejahatan. Patroli di wilayah rawan harus lebih diintensifkan.

Pengungkapan kasus dengan menangkap para pelaku perlu dilakukan sesegera mungkin. Bila tidak, ada kesan penegakan hukum lemah dan seperti memberi peluang bagi pelaku kejahatan untuk melakukan aksi berikutnya. Ini merupakan pekerjaan rumah sekaligus tantangan bagi aparat kepolisian agar betul-betul fokus dalam menjalankan tugas dan fungsinya demi memberikan rasa aman kepada warga.

Respon cepat polisi sangat dibutuhkan. Gagal mengambil tindakan berarti akan pelan-pelan menumbuhkan ketidakpercayaan masyarakat akan profesionalisme polisi. Jangan sampai timbul anggapan di tengah-tengah masyarakat bahwa polisi lemah tak berdaya mengatasi pelaku kriminal.

Menjalin kerjasama dengan warga atau tokoh masyarakat juga perlu lebih diintensifkan lagi. Perpolisian masyarakat atau yang disingkat menjadi Polmas jangan sampai hanya menjadi sebatas program saja yang kehilangan fungsinya. Program yang minim atau bahkan kosong aksi.

Kepada warga juga diingatkan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Para orangtua diimbau agar selalu mengingatkan anak-anaknya, terlebih yang memiliki remaja perempuan, untuk menghindari tempat-tempat yang rawan tindak kejahatan. Memberikan proteksi dini itu lebih baik. Jangan memberikan peluang sedikitpun kepada pelaku kejahatan.

Beberapa peristiwa pembunuhan ini jangan sampai mengganggu citra Batam sebagai kota industri. Kita tahu, faktor keamanan menjadi salah satu daya tarik investor menanamkan modalnya. Kalau sudah tidak aman, siapa yang bisa memberikan jaminan kalau investor akan mengalihkan dananya ke luar Batam. Di tengah kelesuan ekonomi saat ini, tentu ini akan menjadi persoalan baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline