Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Biting

Diperbarui: 24 Februari 2022   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

"Rolasan..rolasan!"

Terdengar suara renyah dari ruang sebelah yang hanya berbatas partisi satu setengah meteran.

Masih jam 11.30, tapi memang sudah waktunya istirahat siang di kantor kami, istirahat untuk makan siang, rolasan istilah jawanya.

"Ke kantin yuk," kuajak Deni teman sebelahku. Ia hanya menggeleng. Masih khusyuk di depan laptopnya.  Dia memang gitu.

Kuganti sepatuku dengan sandal jepit, lalu bergegas ke luar menuju kantin. Lokasi kantin agak jauh dari kantor, aku khawatir tak kebagian menu favoritku: kata si Uni namanya kepala tuna asam padeh.

Sampai di kantin sudah terjadi barisan. Antre. Biasa. Tertib. Sekitar 8 orang di depanku. Setiap langkah maju selalu kuamati nampan berisi masakan di meja hidangan, berdoa semoga hingga giliranku nanti si kepala tuna masih available.. amin.

Thanks, God. Pas giliranku, setelah ambil nasi, kukunjungi nampan berisi kepala tuna. Tapi,...eh kenapa ini? Kenapa tiba-tiba perhatianku seperti dialihkan pada beberapa onggok pepes ayam di sebelahnya?

Bagiku, si kepala tuna seakan mengerjap-ngerjapkan matanya merayuku minta disendok, tetapi itu bungkusan pepes ayam seolah berjoget-joget minta kuambil; aksinya lebih atraktif.

Penasaran dengan apa yang ada di balik keanehan ini, aku putuskan mengambil pepes ayam sebagai lauk makan siangku. Kepala tunanya besok saja.

Kubawa piring berisi menu makan siangku, mataku mencari-cari kursi yang masih kosong, tapi tiba-tiba..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline