Beberapa waktu lalu kami pindah rumah. Oleh karena cukup banyak yang harus dirapikan, hingga kami menempatinya, masih ada segerobak perkakas yang belum menemukan tempat yang tepat. Meski demikian, kami berusaha menempatkan semua itu di satu lokasi.
Seperti umumnya, tempat yang kami pilih adalah pojokan rumah, pojokan luar rumah lebih tepatnya karena bagian belakang rumah belum berdinding, hanya dinding tembok pagar setinggi dua setengah meteran.
Oleh karena kecapekan, baik capek fisik maupun capek pikiran, segerobak perkakas di pojok rumah tidak langsung kami bereskan, masih mengonggok di sana.
Awalnya kami tak terlalu merasakan itu sebagai masalah urgen yang harus segera dibereskan. Sampai beberapa waktu kemudian, mulai muncul beberapa ekor tikus curut di malam hari menyambangi bagian belakang rumah kami.
Meski bagian depan rumah sudah berpagar, ada beberapa sentimeter jarak antara pintu pagar bagian bawah dan lantai pagar. Jelas dari situlah para curut masuk -- kalau memanjat pagar tembok belakang sepertinya mustahil.
Andai sekadar datang dan memakan remah-remah makanan lalu pergi sih tak apa-apa. Para curut itu konsisten meninggalkan banyak kotoran yang bentuk, tekstur, maupun baunya sangat menjijikkan.
Sayangnya, aku termasuk manusia yang tak tegaan meski dengan binatang. Maka, langkah antisipasi yang kulakukan hanya mengusirnya saat datang dan menutup lubang di bawah pagar dengan papan kayu agar curut maupun makhluk jelek lainnya tidak bisa memasukinya.
Namun, langkah antisipasi itu hanya efektif selama satu---dua hari saja. Karena setelah itu gagal total. Si curut tak ubahnya makhluk berakal karena terbukti mampu meng-update siasatnya.
Kalau kemarin-kemarin hanya datang saat menjelang malam dan buru-buru hengkang saat pagi datang, sekarang si curut memutuskan untuk bersarang di dalam, di sela-sela barang-barang di pojokan.
Jadi, sekali berhasil masuk -- entah lewat mana, si curut bersembunyi saat terang dan berkeliaran mencari makan sambil menebar teror kotoran saat gelap.