Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Risma Jadi Rebutan SBY dan Mega?

Diperbarui: 13 Agustus 2016   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini Tri Rismaharini walikota Surabaya menjadi buah bibir dan bahan tulisan di berbagai media sosial. Bu Risma yang menurut sebagian orang memiliki segudang prestasi dianggap tokoh potensial untuk "mengimbangi" Basuki Tjahaya Purnama pada pilkada DKI 2017 mendatang. Bahkan, ada sebagian masyarakat yang meyakini bahwa Bu Risma punya kans besar untuk menang.

Dalam berbagai dialog singkat dengan reporter televisi, Bu Risma terkesan memendam kegalauan. Di satu sisi merasa wajib memenuhi janji untuk menyelesaikan masa bakti sebagai walikota, di sisi lain ada ajakan dan dukungan pada dirinya untuk ikut maju sebagai calon gubernur pada Pilkada 2017 DKI Jakarta.

Sebagai kader PDIP dan bukan semacam "ronin pencari tuan" seperti salah satu tokoh nasional bakal calon kontestan pilkada, Risma tidak melamar ke partai lain manapun untuk dicalonkan sebagai gubernur DKI nanti. Karena selain tidak berambisi menjadi Gubernur DKI, Risma juga hanya tunduk pada partainya sendiri, yaitu PDIP.

Oleh karenanya, jika PDIP yang dalam hal ini berarti Bu Mega, memerintahkan Risma untuk maju di Pilkada DKI, tentu kegalauan Bu Walikota ini semakin nyata. Karena berarti ia berada di antara dua pemilik kepentingan yang sama beratnya: Mega dan SBY. Bukan berat dalam arti berat badan, tetapi berat di timbangan perasaan. Karena di satu sisi panggilan partai untuk "berperang" tak boleh diabaikan, di sisi lain keinginan rakyat SUROBOYO (SBY) juga harus diutamakan.

Meski bingung, Bu Risma tetap harus menentukan pilihan: milih Mega atau rakyat SBY. Dan dalam kebingungannya itu Bu Risma mudah terpancing emosinya. Marah saat Ahok bilang "Surabaya itu (setara) Jakarta Selatan." Padahal, secara administrasi memang benar adanya, kota dibandingkan dengan kota. Tapi Bu Risma memaknainya secara luas wilayah sehingga merasa "dikecilkan" karena luas wilayah Surabaya memang hampir separuh luas Provinsi DKI Jakarta.

Kata Wikipedia, Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jadi, Jakarta itu sebenarnya sebuah kota juga. Mungkin Bu Risma memandangnya seperti itu. Tapi kalau dihubungkan dengan harga diri, nggak segitunya kalee. Sepertinya kali ini Bu Risma agak berlebihan. Sekarang tukang provokasi yang kegirangan. Sudah menemukan celah untuk mengadu domba dan membuat keributan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline