Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Kafir Halal, Komunis pun Halal

Diperbarui: 23 Juni 2016   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaffir. (Sumber gambar: www.pixabay.com)

Kafir itu halal, komunis juga halal. Halal diapakan? Tentu saja halal untuk dipelajari dan bahkan dikonsumsi. Boleh dinikmati dengan bebas, tidak perlu dijauhi, apalagi ditakutkan.

Meski profil dan namanya lumayan buruk, kafir tak selalu buruk dimaknai. Malah kadang banyak yang suka. Dijadikan sarana penyegar pikiran. Jadi menu pilihan untuk pelengkap perbincangan.

Begitu pula dengan komunis. Meski banyak yang tak suka kena getahnya, komunis sering dihadirkan sebagai pelengkap obrolan diskusi. Asyik sebagai selingan di antara canda di warung kopi, kedai teh, atau depot minuman lainnya, baik saat pagi, siang, sore, maupun malam hari.

Bukan hanya para petualang ajaran, para pemihak kemapanan pun banyak yang suka kafir dan komunis. Entah kenapa, kafir dan komunis diciptakan-Nya nyaris sewarna. Bukan merah menyala atau hitam kelam penampakannya, kafir dan komunis sama-sama ijo-nya. Meskipun demikian, kafir dan komunis biasanya tidak hadir bersamaan. Nggak matching, kata sebagian orang.

Kafir bisa diperas dijadikan minuman. Segar badan, sehat pikiran. Komunis bisa digoreng dijadikan camilan. Ciptakan rasa rileks, santai, dan nyaman.

Ini bukan bohong, bukan pula tipuan. Yang saya maksud kafir itu kaffir- lime alias jeruk purut. Yang saya maksud komunis itu Artocarpus communis alias sukun. Minuman jeruk purut dan sukun goreng memang nggak-matching disandingkan, kan?

Jadi, kafir itu ada juga manfaatnya. Komunis pun bisa jadi dibutuhkan sebagai pelengkap suasana gembira. Gambar memang tak banyak saya tampilkan. Supaya dari awal tidak segera ketahuan. Bahwa secara tidak langsung saya akan sumbangkan dua kosa kata alternatif makian, yang mengharuskan objek penderitanya berpikir dulu sebelum tersinggung atau membuka pertengkaran. Karena yang sukun biasanya jeruk purut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline