Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Manusia yang Ingin Mengoperasi Sendiri Kanker di Perutnya

Diperbarui: 18 Desember 2015   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bola yang bisa memompa dirinya sendiri."][/caption]

Adakah? Iya. Adakah manusia yang ingin mengoperasi sendiri kanker di perutnya? Kalaupun ada, pasti ada alasan ekstremnya. Yang pertama adalah karena putus asa. Lebih baik mati daripada hidup bersama kanker di perutnya. Tapi itu hampir pasti tak ada. Karena menghilangkan kanker di perut dengan cara bunuh diri hanya dilakukan oleh orang gila, orang yang tingkat kewarasannya beberapa saf di belakang "kenthir".

Namun, mungkinkah orang yang nekad ingin mengoperasi sendiri kanker di perutnya itu memiliki optimisme luar biasa akan datangnya kesembuhan pada dirinya? Mungkin saja. Toh optimisme tak selalu harus didasari kesadaran pengetahuan. Karena itulah istilah ilusi, halusinasi, dan ngimpi diperkenalkan. Yang jadi pertanyaan adalah: mampukah?

Seorang dukun sembur juru sembuh segala penyakit pun akan butuh orang lain saat masuk angin. Bisa jadi butuh pertolongan istri untuk mengeroki bagian punggungnya, bermodalkan uang logam recehan atau koin game dan minyak kelapa. Bahkan, jika 3 hari tak sembuh juga, mungkin ia akan mencoba berobat pada dokter praktik meski memilih yang letaknya jauh dari rumahnya (supaya tak ketahuan tetangga).

Demikian pula seorang dokter. Boleh jadi tangannya sedingin titik tripel air saat menangani para pasiennya. Namun, saat sakit, ia butuh orang lain juga. Kecuali "menyuntik" dan "disuntik" biasa sekaligus dialami satu orang yang sama, dengan titik koordinat suntikan yang sama di pantat yang sama. (*Tidak usah ngeres, dokternya laki-laki dan sudah sepuh, maaf).

Dukun dan dokter di atas sekadar contoh pembuka pikiran. Bahwa orang tak selalu bisa hanya mengandalkan dirinya di semua keadaan. Terutama saat sakit. Maka sombong dan jumawa terasa sangat memalukan.

Tapi ini ada. Sungguh-sungguh ada. Manusia sakit parah. Perutnya terdiagnosis penuh sel kanker, tapi tidak mau dioperasi oleh para dokter. Maunya mengoperasi sendiri perutnya secara sembunyi-sembunyi. Ia tak mau perutnya yang seksi dilihat orang seantero negeri melalui televisi. Padahal, kesehatannya diharapkan banyak orang.

Secara nalar memang tak mungkin. Maka terpaksa ia sedikit berpolitik bersiasat. Akhirnya mau perutnya dioperasi, tapi syaratnya dia harus ikut mengoperasi. Tidak mau dibius ataupun dibiarkan beku dan mati suri. Supaya setiap kesakitan oleh pisau operasi dapat segera ditindaklanjutinya dengan pengumuman rasa teraniaya yang menyayat hati.

Dalam pikiran waras manusia, mana ada skenario macam itu. Kalau memang mau sembuh, mestinya pasrah saja dibius, izinkan para dokter mengoperasi kanker di perutnya. Mana ada pasien mau ikut-ikutan mengoperasi perutnya sendiri? Karena cara paling waras adalah membiarkan tim dokter saja yang menangani.

Namun, ada tercuat kecurigaan saya. Jika organismenya dibekukan dan mati suri, yang masih bisa aktif kemungkinan besar adalah parasit yang ada di dalamnya. Sel-sel kanker itulah yang berusaha beradaptasi–berkongsi–bermutasi dalam kebekuan, mencoba mengaktifkan kembali inangnya untuk kemudian kembali dihisapi sel-sel darahnya.

Jadi, PSSI kita memang sedang mati suri karena terbekukan. Istilah kerennya ter-kriogenasi. Sistem transpor, metabolisme, dan koordinasinya sementara inaktif. Menunggu saat yang tepat untuk dibangkitkan kembali. Yang sibuk kesana-kemari bikin kisruh itu nampaknya justru para tumor dan taenia yang panik kehilangan suplai. Mereka khawatir jika nantinya terpaksa keluar sebagai puing-puing kanker dan remah-remah cestoda hasil tembakan laser. Memang baiknya dibiarkan dulu saja. Masih ganas kankernya. Nunggu jinak dulu aja. Apa? Kanker kan gak perlu diobati. Kanker justru harus dibasmi.

--




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline