Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Sastra vs Eksakta

Diperbarui: 10 Oktober 2015   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: www.1worldglobes.com"][/caption]

Telah terbukti secara teori maupun praktis..
Bahwa konsep Heliosentris lebih benar daripada Geosentris..
Tapi para penyair tak mau tahu..
Atau memang tidak tahu ..
Mereka tetap katakan: matahari terbit di timur..
Bukan katakan: bumilah yang berputar dari barat ke timur..

Telah terbukti pula bahwa bumi berbentuk bulat..
Bukan pipih ataupun datar bak berokat ..
Tapi para penyair tak mau tahu..
Atau memang tidak tahu..
Mereka tetap katakan: kan kucari hingga ke ujung dunia..
Bukan katakan: kan kucari hingga sekeliling Gondwana..

Para penyair juga menyebut 'Tuhan Esa di atas sana'..
Padahal atasnya Pontianak adalah bawah bagi Brazilia..
Begitulah kira-kira jika Globe yang ditanya..
Bukan hamparan selembar Peta..

Bagi sebuah agama..
Sastra jauh lebih BERBAHAYA daripada ilmu Eksakta..
Untuk mengungkap kebenaran Sang Pencipta..
Di saat lorong sesat senantiasa ada..
Karena ilmu Eksakta harus didukung fakta..
Sementara Sastra boleh semaunya..

Ironisnya ..
Ahli agama biasanya sekaligus ahli sastra..
Yang biasanya memusuhi eksakta..
Karena matahari harus tetap terbit di timur..
Dan Tuhan harus tetap di atas sana sepanjang dunia punya umur..
Mau bagaimana lagi coba..
Mereka dilindungi undang-undang Licentia Poetica..
Kalau opini ekspresifnya dikoreksi, mereka berhak murka..

By the way nih yaa..
Saya suka Sastra..
Dan saya juga suka ilmu Eksakta..
Bukankah itu sempurna meski tak - maha?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline