Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Ternyata Ini Alasan Dekrit Menteri tentang Kurikulum 2013

Diperbarui: 13 September 2015   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah mendapat mandat dari presiden untuk mengepalai kementerian pendidikan dasar dan menengah, si Mentri segera mengoordinir staf-stafnya untuk blusukan secara manual maupun virtual di dunia maya maupun dunia nyata untuk mengkaji kurikulum 2013 yang konon kabarnya menggegerkan dunia perguruan Pancasila.

Satu kelompok staf yang tergabung dalam Tim A melaporkan ketidaksiapan guru untuk belajar/beradaptasi dengan materi kurikulum 2013 tersebut. Dalam pasal-pasal laporannya, para staf tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "ketidaksiapan" itu terbagi menjadi tiga unsur, yaitu: ketidakmampuan, ketidakmauan, dan keengganan. Saat Si Mentri bertanya apakah ada guru yang sudah siap, seorang staf mewakili rekan-rekannya menjawab ,"ADA."

Mendengar jawaban itu, Si Mentri berkata tegas, "Oke, kalau begitu saya simpulkan hasil survei Tim A mendukung dilanjutkannya Kurikulum 2013. Sekarang saya perlu laporan tim lainnya. Tim B, Silakan.."

Seorang anggota Tim B berdiri, mengambil mikrofon, lalu melaporkan secara lisan. Ia melaporkan dengan cara aneh. Maklum, Tim B ini dari kalangan seniman dan budayawan. "Begini, Pak. Berdasarkan pantauan kami di lapangan, di warung-warung makan, dan di tukang sate, kami menemukan keanehan pada pembeli dari kalangan remaja pelajar."

Si Mentri mengerutkan dahi, mentransfer energinya ke otak kanan, siap menerima informasi kreatif. "Apa anehnya?" tanyanya kemudian.

"Kami menemukan perilaku tak logis di kalangan pelajar SMP dan SMA. Mereka cenderung tidak sabaran. Saat pesan makanan di warung makan, mereka selalu bilang GPL, Gak Pake Lama. Padahal, kondisi warung sedang sedemikian ramainya. Dan kalau dalam beberapa menit hidangan belum tersaji, mereka akan teriak dan menggebrak-gebrak meja meski pelan..."

"Ouw.. biasa itu, "kata si Mentri pelan sambil tersenyum.

"Ada lagi, Pak. Kami menemukan seorang siswi sedang beli sate di tepi jalan. Setelah memesan sate, ia mengeluarkan gadget lalu asyik dengan gadgetnya itu. Sekitar dua menit kemudian ia menoleh ke tukang sate lalu marah-marah mengatakan kenapa satenya dari tadi belum juga matang. Padahal, saya tahu persis baru dua menitan. Saat saya mendekat dan menegur siswi tadi, si tukang sate malah tertawa sambil berkata, ben wae.. aku ra popo, Mas. Sekian laporan kami, Pak."

Si Mentri agak pusing. Otak kanannya belum terbiasa dengan aksi retorika para seniman dan budayawan. Agaknya Tim B ini memang sengaja melaporkan teka-teki alam semesta. Ah, masih ada harapan. Ada Tim C yang merupakan tim sapu jagat. Semoga bisa memberi inspirasi untuk sebuah kesimpulan valid.

"Baik, sementara saya terima laporan Tim B. Sekarang Tim C, bagaimana? Saya harap Tim C memberi laporan komprehensif, taktis, dan lugas!" katanya agak berat. Ia pasti trauma dengan laporan Tim B.

Ketua Tim C berdiri. Tersenyum sejenak saat menerima mikrofon. Profilnya cukup menggembirakan, kumis dan jenggotnya cuma separoh.... (separoh tebal maksudnya).  Ia mulai melaporkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline