Lihat ke Halaman Asli

Anggiani Wisda

Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

2021, Siapa Sebenarnya yang Kembali Belajar?

Diperbarui: 3 Januari 2021   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar via savloir.com

"Gimana Sih cara ganti background kamu Sella? Kok bisa belakangnya gambar pantai gitu, aku juga mau." Kata Irwan pada, Sella teman sekelasnya saat kembali belajar di kelas daring.

Sella, anak kelas enam sekolah dasar yang ditanya ini cuma senyum-senyum sendiri sebab mamanya yang tadi merubah latar belakang online video miliknya sebelum kelas daring via Zoom berlangsung.

Tahun sudah berganti angka paling belakang, yang semula nol sudah berubah jadi angka satu, tapi masih saja sering muncul artikel yang isinya penuh dengan cerita kesalnya belajar secara mandiri di rumah. 

Berita dan artikel memang suka gitu ya, bad news is a good news. Padahal anak-anak penuh suka cita loh belajar hal baru dari rumah, bahkan saking antusiasnya, orang tua-lah yang sebenarnya bingung karena tidak bisa beradaptasi dengan cepat pada kondisi seperti ini, sedangkan anak-anak pertanyaannya makin hari makin beragam. So, sebenarnya siapa yang seharusnya kembali belajar? 

2020 dengan angka belakang nol yang berubah menjadi angka satu di 2021 bisa jadi gambaran kita memulai dari nol dan kembali merangkak satu step ke angka satu, mengenal banyak hal baru, seperti bayi baru lahir dan menapaki usia ulang tahun pertama. 

Rasa penasaran muncul berkali-kali lipat, apalagi usia satu tahun bayi sudah mulai bisa berjalan, terlepas dari masih harus berpegangan pada kursi atau benda lain di sekitarnya. Kondisi bayi pada usia satu tahun ini sebenarnya adalah gambaran orang tua pada tahun ini, Tahun new normal kelanjutan ketika wabah virus yang ajaib ini hampir satu tahun menemani kita.

Awal dulu, ketika virus ini datang dan say hello pada kita, banyak dari orang tua yang pontang-panting dan kebingungan dalam beradaptasi, banyak dari mereka yang mengaku stres, mengeluh uang sekolah dibayar terus, namun beban dan tanggung jawab harus beralih ke pundak mereka. 

Jadi, selama ini mayoritas dari orang tua beranggapan kalau beban memberikan pendidikan dan pengetahuan serta pembelajaran kepada anak-anak adalah tanggung jawab guru dong? Hhehe

Ada satu cerita menarik dari seorang ibu ketika kelas daring mulai berlangsung, namanya Bu Tuti, seorang guru sekolah menengah atas yang merasa terpaksa harus beradaptasi. 

Bu Tuti bercerita, bahwa sebelum pandemi, ia yang seorang guru memang sudah terbiasa menggunakan laptop, membuat laporan, atau menulis materi pembelajaran untuk murid-muridnya, namun untuk belajar berbicara melalui video ataupun media interaksi virtual satu kalipun belum pernah dilakukan olehnya. 

Pakai handphone saja cuma bisa untuk telpon dan sms, paling banter pakai whatsapp itupun dengan fungsi yang sama telpon dan berkirim pesan saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline