Lihat ke Halaman Asli

Hujan, Sepucuk Daun dan Semut

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mau cerita tentang apa ya?

Oh iya ada kisah tentang semalam sore

Saat hujan turun, petir menyambar dan sepucuk daun.

Aku dengan baju biru muda basah kuyup kedinginan tapi lembaran daun kecil ini menghentikan kuyubku.

Tak cukup untuk menghilangkan rasa dingin dan basah tapi ada rasa senang.

Bukan karena ada si Dia disini, seperti kisah romantisnya hujan.

Tapi aku berbagi bahagia dengan semut yang juga bernaung dibalik daun yang sama.

Sambil membawa telur-teur dan makanan mungkin hasil tadi sebelum hujan dari bawah tanah sana.

Senyumku berkata “aku numpang ya”

Gerakan kakinya menunjukkan “okkeh de”.

Kami menunggu dibalik berkah yang turun dari langit, sampai pelangi muncul.

Saatnya bubar...

Brukkk...aku menjatuhkan daun yang kupetik tanpa permisi dari pohonnya.

Aku berlari kecil, karena mungkin pelangi hilang hujan akan datang kembali.

Sssstttttt hei...suara dari belakangku.

Kau menjatuhkan kami!

Suara itu keras lantang menghentikan langkahku.

Oh my God #tepok jidat.

Maaf sahabat kecilku, aku lupa.

Kami jalan bersama meniti setapak.

Aku meninggalkan mereka dibalik pohon lapuk bersama kawanannya dan say “good bye”.

Itu terakhir kami bersama setelah hari ini tempat kami bersama, menjulang gedung tinggi mewah.

“i always remind you and never forget our togetherness”

@Gie_bustaf...9/01/2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline