Saat melintas di depan Kantor Pos Blora, pandangan saya tertuju pada sebuah benda yang berdiri menjulang berwana orange ada sedikit warna hitam. Benda itu mirip tugu...tetapi tidak tugu. Tatapan mata saya tak berkedip memandanginya. Agak lama terdiam dan menerawang benda apakah itu.......
Aku tersenyum tipis, sembagi meninggalkan halaman Kantor Pos kota Kelahiran Pramudya Ananta Toer menuju parkiran. Tak salah itulah yang dinamakan KOTAK POS, ...entah mengapa bisa dikenal dengan Kotas Pos, padahal bentuknya saja tidak kotak, tapi kalo POS karena menjadi tempat nge-POS-kan surat, hahaha perkiran saya lho. Soalnya tidak tahu persis sejarahnya KOTAK POS dan belum pernah masuk museum POS. Kalau ada yang mau mengajak tentu sangat senang.
Apa ada ingat dengan KOTAK POS,...saya jamin generasi now tidak pada tahu, atau malah tidak peduli benda apa itu. Lagian juga tidak pernah memanfaatkannya. Nah ...beda dengan generasi 78'an. Terakhir kali memasukkan surat kedalam KOTAK POS kalau tidak salah waktu masih SMA'. Kebanyakan memasukkan Kartu Pos. Surat juga pernah, tapi bukan cinta untuk cewek yang saya taksir. Tapi temen-temen dulu ada yang cerita menyampaikan isi hatinya melalui surat yang dimasukkan ke KOTAK POS. Padahal cewek yang ditaksir satu kelas...... Maklum zaman dulu tidak berani tembak langsung seperti anak-anak SMA zaman sekarang.
Di KOTAK POS itulah surat-surat sudah berprangko dimasukkan oleh pengirimnya. Tidak perlu masuk ke Kantor POsnya, cukup dimasukkan dalam lubang ditengah atau di samping. .....Persis kalau masukkan amplop sumbangan hajatan. Termasuk surat ungkapan cinta pada seseorang, ...amplopnya warna-warni baunya harum lagi. Saat memasukkannya berharap bisa diterima secepatnya agar bisa mendapat jawaban dari sang pujaan hati.
Pos memang kala itu menjadi primadona masyarakat, surat menyurat menjadi aktivitas rutin dan lazim dilakukan. Tak heran di dalam Kantor Pos selalu saja penuh dan antri. Pegawai juga sibuk mensortir tumpukan surat-surat yang sudah masuk. Ada yang bagian menstample dengan keras ...cetok..cetok..cetok.... Dipilih sesuai alamat tujuan untuk selanjutnya dikirim ke alamat masing-masing.
KOTAK POS tidak hanya dipasang di dekat Kantor POS tetapi di tempat-tempat lainnya. Gunanya untuk memudahkan masyarakat mengirimkan surat. Kantor Pos hanya ada di kota, belum menjangkau hingga kecamatan. Cukup memasukkan ke KOTAK POS yang ada, lalu akan diambil oleh pegawai Kantor POS. Keberadaan KOTAK POS yang dulu ada, kini telah hilang.
Berkirim surat untuk bertukar kabar dan pengalaman sudah tidak lagi ada. Kalau ingin bertukar kabar hanya tekan tombol sudah nyampai kepada penerima secepat kilat. Pesan menjadi lebih mudah, singat cepat dan tepat hahahahaha. Beragam model perangko yang dulu selalu hadir, sudah jarang terdengar hiruk pikuknya. Tidak ada lagi pengkoleksi perangko.... Soal perangko jadi ingat kalau akan menempel di Amplop jarang saya lem, cukup di jilad dengan lidah lalu ditempelkan....praktis gaes.
Meski begitu saya salut dengan Kantor Pos Blora yang masih menyimpan KOTAK POS dengan ciri khasnya kesebelasan Belanda, meski menjadi monomen atau apalah. Setidaknya masih bisa di lihat dan di nikmati oleh siapapun, kapanpun, tentang betapa pentingnya dia, betapa banyak dicari keberadaanya dan tentunya menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari POS. Juga diperlihatkan kepada anak-anak PAUD yang masih ada diajak gurunya pengenalan akan benda POS itupun juga kadang-kadang. Apapun itu yang yang pasti masih bisa dilihat oleh generasi kekinian. ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H