Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Cara Mengalahkan Ahok di Pilkada DKI?

Diperbarui: 13 April 2016   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada DKI semakin dekat, dan TL mulai ramai berseliweran kampanye-kampanye terselubung, saling menjatuhkan, saling memaki, yang seringnya bikin yang nonton cuma bisa pijit-pijit kening.

Ahok adalah salah satu sosok yang kencang dibahas dalam hal ini. Dan mereka yang berada di kubu seberang, mulai melancarkan kampanye yang menurut saya, agak keliru pendekatannya.

Yang saya maksud disini adalah menggunakan Isu SARA, mainin berita hoax, dan sebagainya. Percayalah, keukeuh pakai isu SARA buat kampanye hanya akan bikin kalah :)

Jadi begini, saya habis membaca sebuah jurnal penelitian marketing dari Jonah Berger. (Silakan baca di sini). Di jurnal tersebut, dia memaparkan dengan sangat rapi, konten-konten apakah yang disukai orang, dan apa yang membuat konten tersebut viral dan meledak di pasaran.

Salah satu temuan Jonah Berger adalah ini: "Positive content is more viral than negative content."

Eng ing eng. Mungkin banyak yang masih berpikir bahwa konten negatif, penuh amarah dan benci akan menjadi konten yang viral, tapi oh, tunggu dulu, ternyata konten yang positif lebih banyak lagi yang suka broh!

Ini terkait dengan brand positioning yang diusung Ahok. Dengan efektif, ia memanfaatkan channel-channel komunikasinya untuk mengkomunikasikan positioningnya sebagai pejabat bersih dan tegas. Sebuah jawaban atas kerinduan publik akan sosok serupa.

Positioning pejabat yang jujur dan bekerja tanpa banyak bicara sudah lebih dulu diambil oleh Jokowi.

Nah, sekarang lawan-lawan Ahok, daripada sibuk mengurusi Ahok, lebih baik mereka memoles positioning mereka juga. Cari masalah-masalah sosial yang belum terpecahkan, beri ide-ide solusinya bagaimana, lalu komunikasikan ide dan perilaku tersebut ke dalam sebuah strategi pemasaran yang cermat.

Blusukan itu sudah brand nya Jokowi, mau ditiru metodenya, malah membuat pelakunya berada di bawah bayang-bayang figur tersebut.

Galak, bersih, berani, itu brand nya Ahok, mau ditiru gayanya juga bakal membuat penirunya tenggelam di bawah kepopuleran si empunya brand.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline