Lihat ke Halaman Asli

Persatuan, Mimpi atau Nyata?

Diperbarui: 24 November 2016   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belum lagi ini, Indonesia dihebohkan dengan peristiwa demo 4 November di Jakarta. Demo ini bermula karena Gubernur Petahana, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) diduga melakukan penistaan agama ketika ia sedang berada di Kepulauan Seribu. Peristiwa demo ini berakhir dengan beberapa kekacauan dan ini menunjukkan masih kurangnya persatuan antar rakyat Indonesia.

Jika kita mau mengingat kembali, selama dua dekade terakhir banyak sekali kerusuhan yang terjadi berasal dari kita sendiri. Sungguh disayangkan, bahwa latar belakang dari kerusuhan tersebut sebenarnya hal yang sepele, sehingga terjadi perpecahan. Seharusnya kita mampu lebih berpikir jernih, positif, dan rasional dari setiap masalah itu.

Kita sebagai sebuah bangsa seharusnya bersama membangun bangsa yang lebih baik dan tidak melupakan arti dari Bhinneka Tunggal Ika. Kita sudah lama merdeka, namun untuk mempersatukan seluruh kelompok masyarakat kita masih belum bisa. Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan keberagamannya, namun karena keberagamannya itu sering dijadikan alasan agar mereka tidak bersatu.

Banyak langkah-langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk menjaga persatuan Negara Indonesia. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan menjaga persatuan, berarti kita juga telah mengamalkan sila ke-3 dari Pancasila. Berikut langkah untuk menjaga persatuan Negara Indonesia.

Keluarga sebagai unsur terkecil masyarakat terjadi pergaulan yang akrab dan dinamis sehingga keutuhan dan kerukunan keluarga dapat terwujud. Berikut langkah-langkah menjaga persatuan di dalam keluarga. Salah satunya adalah saling mencintai antar anggota keluarga. Dengan mencintai anggota keluarga, berarti kita menerima segala kekurangan dan kelebihan mereka. Kalau sudah menerima apa adanya, maka saat mereka ada “salah ngomong” maka kita tidak akan sakit hati, yang berarti kita telah meminimalisir timbulnya perpecahan.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki misi khusus dalam mencapai tujuan
 pendidikan nasional. Banyak cara untuk menjaga persatuan di dalam sekolah. Salah satunya adalah tidak membedakan suku, agama, ras, dan warna kulit. Menurut saya ini hal yang paling mudah dilakukan. Bayangkan saja, anak kecil bisa bermain bebas dengan teman-temannya tanpa membedakan siapa dia, hingga orangtuanya yang memisahkan mereka. Anak kecil saja bisa tidak pandang bulu, apalagi kita yang sudah dewasa.

Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pertumbuhan generasi muda sangat besar oleh karena itu sikap perlaku yang mencerminkan pesatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat yang ber Bhinneka Tunggal Ika perlu di kembangkan. Salah satunya adalah hidup rukun dengan semangat kekeluargaan antar masyarakat. Hal ini membuat relasi antar warga menjadi intim dan intensif. Selain itu, apabila ada kebutuhan darurat, missal ada rumah yang terbakar, dapat saling bahu-membahu antar warga di lingkungan tersebut.

Prinsip hidup yang bisa dipegang masyarakat Indonesia bisa sama seperti pepatah Latin, “ut sementes, faceris ita metes”. Artinya adalah apa yang kamu tabor, itu yang kamu tuai. Jadi, apabila kita ingin dihargai, kita harus menghargai seseorang terlebih dahulu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline