Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
NIM: 43221010111
Nama: Gianty Dwi Pamungkas
Kampus: Universitas Mercu Buana
Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi
Mohandas Karamachan Gandhi sering disebut dengan nama Mahatma Gandhi, yang merupakan seorang tokoh dalam memperjuangkan kemerdekaan India dengan berani menentang kebijakan - kebijakan yang diterapkan oleh Inggris serta berusaha untuk mewujudkan dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat India. Gandhi adalah salah satu dari sekian banyak pemimpin di India yang dikenal sebagai tokoh yang penuh dengan kedamaian. Gandhi dikenal sebagai seorang sosok yang memimpin masyarakat India untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan Inggris dengan berasaskan kedamaian.
Gandhi lahir pada tanggal 2 Oktober 1869 di Porbandar, atau yang juga dikenal dengan Sudamapuri. Tidak ada yang istimewa tentang Mohandas Karamchand Gandhi, kecuali mungkin bahwa ia benar - benar pemalu. Ia tidak memiliki bakat yang luar biasa. Ia telah menyelesaikan sekolah sebagai murid yang sedikit kurang dari rata-rata, rendah hati dan serius, sangat berbakti kepada orang tuanya dan hanya tahu samar-samar tentang apa pun yang ada di luar kota kelahirannya, yang tidak lebih dari tepi laut yang sepi. Saat itu merupakan akhir abad ke-19 ketika Kerajaan Inggris di puncak kekayaan dan kekuasaannya, memperluas diri ke setiap penjuru dunia. Pada abad kedua India tengah berada dibawah dalam kekuasaan Inggris.
Ketika Gandhi berusia tujuh tahun, keluarga Gandhi pindah dari kota Porbandar di Teluk Laut Arab ke negara bagian Rajkot, lebih dari seratus mil ke sebelah Utara. Ayahnya yang bernama Karamchand Gandhi dan ibunya yang bernama Putlibai Gandhi. Setelah pindah ke Rajkot, ayah Gandhi mengabdi kepada pangeran Hindu yang berkuasa, dan Gandhi segera dimasukkan ke SMA Alfred di Rajkot untuk belajar bahasa Inggris dan kriket. Ia pada usia sebelas tahun dinikahkan dengan Kasturba pada tahun pertamanya di SMA itu, yang merupakan seorang anak yang dijodohkan dengannya 5 tahun sebelumnya oleh orang tuanya, pendeta Vaishnava dan para peramal. Kasturba adalah putri dari Gokuldas Makanji yang merupakan seorang pedagang kaya raya di Porbandar. Dia tetap menjadi istri Gandhi sampai meninggal 62 tahun kemudian di istana tua milik Aga Khan di Poona yang dilanda malaria, tempat keduanya dipenjara oleh pemerintah Inggris selama Perang Dunia II. Bersama dengan Kasturba, Gandhi memiliki 4 orang anak yaitu Harilal, Manilal, Ramdas, dan Devdas.
Dari segi pendidikan ia adalah lulusan Fakultas Hukum University College, London. Ia adalah salah satu tergolong dari segelintir pemuda India yang beruntung. Namun demikian, justru penampilan sederhana inilah yang menjadi ciri khasnya dan bahkan alat perjuangannya yang paling efektif. Karier kepengacaraan Gandhi tidaklah terlalu panjang. Sepulang sekolah di Inggris (1891) ia membuka sebuah praktik hukum yang tak begitu berhasil di Bombay. Gandhi kemudian pergi ke Durban, Afrika Selatan bekerja untuk sebuah biro hukum di India. Menyadari bahwa dirinya dan kawan sebangsanya diperlakukan sebagai ras yang lebih rendah oleh orang kulit putih Afrika Selatan, Gandhi pun segera terlibat dalam perjuangan untuk hak - hak warga India di Afrika Selatan. Gandhi baru kembali ke India setelah beberapa tuntutan warga India dikabulkan oleh pemerintah Afrika Selatan. Di India, Gandhi langsung terjun ke lapangan yang lebih kompleks, yakni perjuangan India untuk menuntut otonomi. Gandhi menerapkan Satyagraha dan berjuang untuk perlawanan pasif terhadap Inggris. Satyagraha pun diterima secara luas di seluruh India dan mendapatkan banyak pengikut.
Mahatma Ghandi (2018/177) mengungkapkan: "Aku hanyalah manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus ku tambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan - kesalahanku dan memperbaikinya, dan aku hanya melihat sifat-sifat baik didalam diri manusia. Karena, diriku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, maka aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka". Berdasarkan kutipan yang diuraikan Ghandi beranggapan, bahwa hanya mempercayai kebijakan diri sendiri saja adalah tindakan yang tidak bijaksana. Kita harus ingat bahwa sekuat apapun diri kita bisa menjadi lemah, sebijak apapun kita, kita masih melakukan kesalahan dan tanpa kekerasan bukan berarti kita tidak bisa melawan musuh. Hanya saja yang kita musuhi adalah kejahatan yang dilakukan manusia, bukan manusianya.