Ketiga cawapres yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, serta Mahfud MD telah beradu gagasan dalam debat cawapres yang bertema seputar ekonomi pada Jumat malam.
Tema debat kedua cawapres ini adalah ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur dan perkotaan.
Ketiga cawapres yang paling konkret Gibran. Bahwa dia memang jembatan untuk mencapai 2045, untuk mencapai kesana seperti apa, ada pembangunan infrastruktur di dalamnya, aspek pembangunan sosial," Sedangkan Muhaimin Iskandar, Gigih cukup menyayangkan. Menurutnya Gibran unggul soal bagaimana pembangunan desa sampai 2045, dimana memang salah satu motor, baik ekonomi itu ada di desa."Kalau Pak Mahfud, saya pikir Pak Mahfud belum lepas atau keluar dari hal-hal menyangkut aspek
hukum. Dan itu sangat sulit sekali," ujarnya.
Ketiga paslon itu menurutnya punya program atau janji ekonomi masing-masing. Cawapres Cak Imin lebih pada pemerataan ekonomi. Gibran lebih pada ekonomi berkelanjutan. Sedangkan Mahfud MD cawapres soal pemberantasan mafia dalam perdagangan.
"Program masing-masing paslon paling jelas Gibran semalam, dia bisa menunjukkan how to atau bagaimananya. Pak Mahfud masih di awang-awang, misalnya soal ICOR, pertumbuhan ekonomi 7% tapi tidak tahu bagaimana caranya mencapai pertumbuhan ekonomi 7% itu," katanya. "Cak Imin apalagi, Cak Imin tidak membahas sama sekali soal bagaimana target ekonomi ke depan.
Cak Imin hanya banyak gimik dan banyak hal-hal di luar ekonomi yang sepertinya Cak Imin hanya mengikuti alur dari perdebatan antara Gibran dan Pak Mahfud," ujarnya.
Menurutnya, untuk janji ekonomi yang paling realistis adalah Gibran. Karena sudah dikerjakan, hilirisasi sudah dilakukan, peningkatan basis pajak, ada perbedaan antara pajak dan tax ratio yangmenjadi masalah. Sementara Mahfud dinilai tidak ada yang berarti kecuali pemberantasan korupsi, meski ia tidak menyalahkan itu. Baginya, pemberantasan korupsi itu penting, tapi bukan hal utama. Tidak cukup pemberantasan korupsi, harus ada langkah produktivitas. Bahkan kalau saya memilih, apakah kita fokus pada pemberantasan korupsi atau peningkatan produktivitas, saya memilih peningkatan produktivitas. Kalau Cak Imin saya rasa tidak ada gagasan ide yang menarik. Bahwa Cak Imin hanya menang di gimik saja," katanya.
Gigih menguraikan pekerjaan rumah ekonomi di Indonesia yang masih cukup banyak. Sedangkan pada debat kedua itu belum terjawab dengan jelas mengenai peningkatan produktivitas tenaga kerja. Itu belum terlalu jelas terlihat bagaimana daya saing tenaga kerja di Indonesia dengan tenaga asing. Ia menyebut bahwa pendidikan Indonesia tercermin dari nilai matematika, sains, dan literatur yang relatif turun. Hal ini menjadi warning daya saing tenaga kerja Indonesia, karena yang diukur usia SD, SMP, dan pada 2045 mereka sudah usia kerja. Gigih pun menyatakan bahwa ini menjadi alarm awal. Jika pendidikan di Indonesia tidak diperbaiki maka hal itu akan menurunkan daya saing tenaga kerja pada tahun 2045.
Tim Redaksi : Gian Trisna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H