Aku terdampar dalam ruang sepi.
kutatap embun. berjalan bertebaran, menguap. Masuk lewat hidungku. Merasuk dalam nafas, dalam jantung, dalam otak, dan mengalir dalam darah, melemaskan sendi-sendiku.
Kulihat nyamuk. Menghampiri membawa gergaji besi bergerigi tajam, merobek kulit dan menghisap sumsumku.
Kutatap dinding, diam hening, kokoh, dan membungkamku.
Kutatap kursi jati, ia berdiri, bercerita. Berkata ingin bercinta dan menggagahiku.
Kulihat lukisan bidadari. Matanya berbinar melihatku, lalu ia keluar dari pigura, melangkahkan kaki, menjadi tinggi, rambutnya pekat. Ia mendekat terbang seperti nyamuk, lalu mengajakku bersembunyi dibalik dinding kokoh, di atas kursi jati.
Aku tertidur, nyeyak, dalam mimpi, tubuhku menjadi embun. Hingga aku tak ingin bangun.
12102021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H