Lihat ke Halaman Asli

Antara Dua Keinginan

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semenjak sore tadi hujan tak pernah berhenti. Genangan air hujan tidak lama lagi merembes ke kantin. Aku cuek saja melihatnya selama kopi dan rokok yang menemani kesendirian tidak habis. Bisa dibilang berkat dua hal ini mampu menghibur kala sendiri yang diselimuti perasaan tak menentu.

Kesendirian bukan hal yang patut kita cecar menurutku, bahkan harus kita syukuri. Bukan tanpa alasan aku mengatakan seperti ini. Toh, berkat kesendirian aku mampu menikmati perasaan yang tak menentu ini. Setidaknya tidak ada hal-hal yang dapat menggangguku untuk menikmatinya.

Sebenarnya aku menyendiri ini bukan tanpa alasan yang tidak jelas, justru karna ada suatu hal yang sedang mengganggu pikiranku. Sudah beberapa hari ini hal tersebut mengusik pikiranku.

Semuanya bermula beberapa hari yang lalu, saat aku pulang makan siang di rumah. Lagi asik-asiknya menyantap makan siang yang disajikan di meja dapur, ibu menghampiri aku di meja makan menyampaikan pesan ayah untuk aku.

"Wan, semalam ayahmu menyampaikan keinginannya ke ibu"

"Memangnya keinginan ayah apa bu?"

"Dia bilang kamu jangan dulu terlalu akrab dengan seorang perempuan"

"Wah, kok bisa begitu?"

"Soalnya ayahmu ingin menjodohkan kamu dengan keluarga kita"

"Ha? Aku ingin dijodohkan?"

"Iya, dijodohkan sama anaknya sepupumu"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline