Keruntuhan Uni Soviet
Uni Soviet dan China merupakan dua negara yang menerapkan ideologi komunisme dalam sistem pemerintahannya. Uni Soviet merupakan negara Komunis pertama di dunia yang berdiri pada tahun 1917 akibat dari revolusi Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin, sementara China berdiri pada tahun 1949 setelah perang dengan kaum nasionalis. China awalnya terinspirasi oleh Uni Soviet sebagai negara Komunisme pertama dan kemudian mendirikan negaranya sendiri. Kedua negara ini awalnya juga meiliki hubungan yang baik satu sama lainnya karena mereka sama-sama berusaha untuk menyebarkan ideologi komunisme ke seluruh dunia, Uni Soviet yang berfokus untuk menyebarkan pengaruh nya di kawasan eropa, dan China di kawasan Asia. Pada Artikel ini, saya akan membahas mengenai perbedaan implementasi sistem komunisme antara Uni Soviet dan China kemudian membahas kondisi sosial politik kedua negara pada masa kepemimpinan pemimpin-pemimpin mereka serta membahas apa saja penyebab dari keruntuhan Uni Soviet dan cara China bisa bangkit dari keterpurukannya dan menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di seluruh dunia dengan mempertahankan sistem komunisme nya tersebut.
Namun, tentu Uni Soviet dan China memiliki perbedaan dan karakteristik negara nya masing-masing. Uni Soviet pada masa Stalin, menerapkan pemerintahan yang diktaktor dan otoriter, pada masa pemerintahan Stalin, banyak warga dari Uni Soviet yang menjadi korban akibat keganasan dari Stalin itu sendiri. Stalin juga pernah melakukan pembersihan besar-besaran untuk meyningkirkan orang-orang yang dianggapnya tidak sejalan atau bahkan mengancam kekuasaannya, oleh karena itu, pemerintahan Stalin banyak memakan korban. Pada masa pemerintahannya, Stalin berfokus pada industrialisasi dan militer, Stalin mendirikan industri dan pabrik-pabrik untuk mendorong ekonomi Uni Soviet. Uni soviet sempat melakukan desentralisasi ekonomi pada masa Nikita Kruschev namun upaya tersebut belum berhasil sepenuhnya diterapkan di Uni Soviet.
Pada sistem ekonominya, Uni Soviet tidak mengenal adanya pasar bebas dan Uni Soviet juga menerapkan sentralisasi ekonomi yang mana berarti pemerintah mengontrol secara penuh ekonomi negara. Hal ini menyebabkan ekonomi Uni Soviet menjadi sulit berkembang karena ketidakterbukaan mereka terhadap pasar bebas dan investasi asing yang membuat ekonomi mereka stagnan. Kemudian pada masa pemerintahan Gorbachev, ia memperkenalkan reformasi ekonomi Perestroika yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi. Namun, dengan kebijakan ini justru berdampak buruk bagi Uni Soviet itu sendiri, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya perpecahan dalam negara, kurangnya insentif persaingan perusahaan-perusahaan negara, biaya perang dingin yang besar dan sistem ekonomi Uni Soviet yang terpusat membuat Uni soviet itu sendiri sulit bersaing dalam pasar global. Kemudian adanya negara-negara yang memerdekakan diri dari Uni Soviet karena telah memiliki identitas nasional nya masing-masing. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab runtuhnya Uni Soviet pada 26 Desember 1991.
Kebangkitan China
China pada masa kepemimpinan Mao Zedong, juga menerapkan sistem pemerintahan yang otoriter. Pada masa Mao Zedong, China menerapkan "Reformasi Agraria" yang menjadi salah satu kebijakan Mao Zedong pada saat itu untuk mendistribusikan Kembali tanah kepada para petani. Kebijakan ini terbukti memberikan dampak yang positif dengan mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan produksi-produksi hasil dari pertanian. Pada masa kepemimpinannya, Mao Zedong menciptakan sebuah gerakan "Lompatan Besar ke Depan" untuk mengubah China dari negara yang agraris menjadi negara industri dengan membangun pabrik-pabrik dalam skala besar di pedesaan. Hal ini ditujukan agar China dapat mengejar keteringgalan dari negara-negara industri. Namun kebijakan ini menimbulkan dampak yang buruk bagi China, seperti menyebabkan adanya kelaparan besar karena pemerintah memaksa petani menanam tanaman tertenru yang menyebabkan gagal panen massal dan mengakibatkan jutaan orang meninggal karena kelaparan. Kegagalan ini disebabkan karena kurangnya tenaga ahli dalam menempati suatu bidang di suatu pabrik, target produksi yang tidak realistis dan China yang mengabaikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.
Lalu akhirnya pada masa pemerintahan Den Xiaoping, ia melakukan liberalisasi sektor ekonomi, yang dimana ia membebaskan atau mengizinkan kepemilikan swasta, dan membuka diri terhadap investasi-investasi asing. Ia meyakini bahwa langkah-tersebut harus diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup rakyat China. Di masa pemerintahannya juga, China mulai membuka dirinya kepada pasar asing atau pasar bebas demi mengangkat ekonomi China ke perekonomian dunia, karena keterbukaan china kepada pasar bebas itu, menarik para investor asing untuk berinvestasi di China yang juga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan teknologi di China. Banyaknya perusahaan asing yang membuka pabrik nya di China juga turut mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, karena dengan banyaknya perusaahan asing yang mendirikan pabrik tentunya akan membuka banyak lapangan pekerjaan. Den Xiaoping juga menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara asing, dan juga memperbaiki hubungan China dan Amerika Serikat yang sebelumnya tegang. Dengan upaya nya tesebut, ia berhasil mengantarkan China sebagai salah satu pusat perdagangan dunia. Hingga sekarang, China menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia menyaingi Amerika Serikat, bahkan Amerika Serikat dan China telah terlibat dalam perang dagang yang dimulai sejak tahun 2018 akibat kebijakan Amerika yang meningkatkan tarif impor barang dari China secara besar-besaran. Hal ini menunjukkan bahwa China mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Hal ini juga membuktikan bagaimana keberhasilan China untuk menerapkan sistem komunisme di negara mereka dengan fleksibel dan mengantarkan China kepada kemajuan negaranya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI