Lihat ke Halaman Asli

Ghozi Kamaluddin

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Insight dari Dalam Kasus ACT

Diperbarui: 18 Juli 2022   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini netizen Indonesia sedang dipanaskan oleh sebuah berita menggemparkan mengenai dugaan penyelewengan dana oleh sebuah organisasi nirlaba profesional yang memfokuskan kerja-kerja kemanusiaan pada penanggulangan bencana, yaitu ACT (Aksi Cepat Tanggap). Banyak netizen yang kemudian menghujat ACT dan mengutuk mereka karena diduga melakukan penyelewengan dana. Namun terasa kurang tegas jika hanya mengambil sudut pandang dari masyarakat saja yang sudah memilki stereorip kepada organisasi ini. Maka dari itu kami mencoba untuk menggali pandang dari dalam tubuh organisasi itu sendiri.

Kasus ini bermula saat hasil investigas tim Tempo merilis hasil yang mereka temukan dari lembaga amal tersebut dalam majalah mereka edisi 2 Juli 2022. Berita kemudian menyebar dengan sangat cepat sehingga banyak menarik perhatian. Dari sekian banyak berita yang keluar, hampir tidak bisa ditemukan berita tentang pandangan orang yang berada dalam internal organisasi terdakwa ini. Nisa Asfiya (P29), bersedia untuk memberikan pandangannya sebagai salah satu relawan MRI, bagian dari lembaga ACT.

Nisa bergabung di ACT sejak 20 Juni 2021. Motif awalnya bergabung adalah untuk menghabiskan waktu dengan lebih bermanfaat, karena waktu itu sedang libur setelah lulus sma, dan sedang menunggu kelanjutan untuk memasuki jenjang perkuliahan. Saat itu Nisa hanya ingin menjadi relawan dimanapun itu, dan pada akhirnya ACT adalah lembaga yang ia pilih. “Aku pengen jadi relawan awalnya cuma pengen manfaatin waktu aja sih, gegara ketolak sbm wkwk, trs aku kepikiran jd relawan, dan akhirnya disuruh daftar di act” tuturnya saat diwawancara online oleh tim pada Selasa 7 Juli 2022.

Nisa mengatakan bahwasanya kasus ini sudah lama mengambang di internal ACT itu sendiri. Para petinggi ACT sudah ‘bermasalah’ sejak lama dan memang kasusnya baru muncul di masyarakat belakangan ini. “Itu sebenernya kejadian udah lama sih, dan aku kaget banget kok bisa kyk gitu” ujarnya, “ya bayangin aja sih dana sosial lo ya, di korup, pamaksuttt, pasti kepikiran gt kann, aku ga ngerti kobisa petinggi act smp kyk gitu”.

Sebagai bagian dari lembaga filantropis itu sendiri, dirinya merasa kecewa karena selama ini tidak menduga dan sangat menikmati kegaitan-kegiatan selama dirinya berada disana, “ya jujur marah banget dong, apalagi sbg relawannya sendiri lo, ngerasa dikhianati bgt cuyy”. Relawan mri yang langsung turun memang tidak banyak tahu menahu mengenai administrasi keuangan dengan jumlah besar. Fokus utamanya hanya maju di garda terdepan di lapangan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Namun, walaupun masalah ini sudah lama berada di internal petinggi ACT, mereka tidak tinggal diam akan hal tersebut. Nisa mengatakan bahwa sejak masalah tersebut timbul di internal ACT, para petinggi dengan sigap melakukan perombakan besar-besaran dalam susunan internal mereka. Juga penyelesaian dari keluhan lain seperti beberapa sistem, pengurangan pegawai, pergantian pemimpin dan lainnya seperti itu. Hasil dari kerja nyata yang dilakukan para petinggi juga membuahkan hasil, terbukti dari pengakuan Nisa yang mengatakan bahwa kondisi internal ACT mulai membaik sejak Januari lalu, sebelum akhirnya kasus ini terkuak oleh tim Kompas.

Berkenaan dengan hal ini, ACT sudah melakukan klarifikasi melalui beberapa media seperti web pribadi mereka, akun Instagram juga konferensi pers yang disiarkan langsung di platform YouTube. Sebagai sebuah lembaga kemanusiaan global, dengan kiprah di 47 negara dan sepanjang tahun 2020 telah melakukan 281.000 aksi, ACT merasa perlu untuk memberikan beberapa pernyataan untuk melakukan klarifikasi. "Sejak 11 Januari 2022 tercipta kesadaran kolektif untuk memperbaiki kondisi lembaga. Dengan masukan dari seluruh cabang, kami melakukan evaluasi secara mendasar,” ujar Ibnu Khajar dalam sesi konferensi pers di kantor ACT di Menara 165, Jakarta Selatan pada Senin (4/7/2022).

Diluar pemberitaan yang dinilai mengurangi legalitas dan citra baik ACT di masyarakat, sebagai relawan, Nisa mengatakan dirinya sangat bersyukur bisa berkiprah di dunia gerakan kemanusiaan bersama ACT. Pengalaman yang diberikan dari kegiatan-kegiatan yang ia lakukan membuatnya dapat bermanfaat terhadap orang lain walaupun dalam bentuk kecil. ACT juga membuka jalan Nisa mempelajari keahlian-keahlian dasar yang lain, juga memperbanyak relasi dari berbagai daerah.

Pesannya kepada para netizen serta masyarakat yang merasa dirugikan, “Mungkin banyak yg berpaling krn kasus ini, tp aku yakin kl masih ada orang baik dan kebaikan masih terus ada, akan ada hati yang selalu berpihak, dan buat orang orang diluar sana yang mungkin berspekulasi buruk, they should know about how to be a volunteer”. Nisa berharap agar lembaga yang ia percaya menjadi lebih baik, katanya “i hope for the better futute, act yg lebih baik, yg lebih luas, yg menyeluruh, yg lebih profesional”.
(Ghozi Kamaluddin, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline