Lihat ke Halaman Asli

Al Imam Ghozali

Alumni Universitas Andalas

Mr. A. A. Maramis Sebagai Pahlawan Nasional yang Memberikan Kontribusi Terhadap Nilai Kemanusiaan dan Nasionalisme

Diperbarui: 27 Januari 2023   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mr. Alexander Andries Maramis 

Mr. Alexander Andries Maramis (kelahiran di Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda 20 Juni tahun 1897. Beliau adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Beliau pernah menjadi anggota KNIP, anggota BPUPKI dan Menteri Keuangan pertama Republik Indonesia dan merupakan orang yang menandatangani Uang Republik Indonesia pada tahun 1945. Beliau mempunyai istri bernama Elizabeth Maramis Velthoed yang merupakan seorang wanita asal Belanda.

Di awal jabatan politiknya, Mr. A.A. Maramis menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun 1945, bersama rekan seperjuangan lainnya, yaitu Ir. Soekarno dan Mr. Ahmad Subardjo.

Mr. A.A. Maramis adalah salah satu orang yang mendefinisikan dan menandatangani Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Dia mengusulkan perubahan butir pertama pancasila kepada Drs. Mohammad Hatta setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. A.A. Maramis juga adalah salah satu orang yang menandatangani piagam tersebut, bersama dengan Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Pada ketika Belanda melancarkan Serangan Militer Belanda II, Mr. A.A. Maramis ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri Pemerintah Darurat RI (PDRI) yang bermarkas di New Delhi, India. Semasa hidupnya Dia pernah juga menjabat untuk Duta Akbar RI untuk Filipina, Jerman Barat dan Uni Sovyet.

Pada tahun 1974 Bersama Dr. Mohammad Hatta, Mr. Sunario Sastrowardoyo, Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. AA Maramis termasuk dalam "Panitia Lima" yang ditugaskan pemerintah untuk mendokumentasikan perumusan pancasila. Pada masa serangan militer Belanda II, AA Maramis berada di New Delhi, India dan ditugasi untuk memimpin pemerintah RI dalam pengasingan. Beliau selanjutnya menjadi Menteri Luar Negeri yang bermarkas di New Delhi, India. Dalam Kabinet Darurat dimasa PDRI yang diketuai oleh Sjafruddin Prawiranegara. 

Ketika Mr. Alexander Andries Maramis (AA Maramis) dilahirkan pada tahun 1897, tidak ada seorangpun yang menduga bahwa anak itu kelak akan menjadi seorang tokoh yang disenangi dan disegani. Ketika angresi Belanda berhasil melumpuhkan pemerintahan Republik Indonesia di mana sebagian besar pimpinan ditangkap oleh mereka.

Sebagai Menteri Keuangan, ia mengambil alih jabatan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri agar PDRI dapat berfungsi melanjutkan perjuangan waktu itu. Apa pandangannya dalam sidang-sidang Badan Persiapan dan apa yang ditulisnya tahun 1946, terbukti ampuh untuk membela posisi Indonesia di mata dunia terutama dalam sidang-sidang Majelis Umum PBB. Belanda terpaksa mengalah sehingga pemerintahan Rl dapat dipulihkan lagi. Lalu Maramis ke Yogyakarta untuk menyerahkan kembali kekuasaan darurat yang pernah dipegangnya.

Kejujuran dan hasil perjuangannya selama menjabat Menteri Keuangan, dilengkapi pengalaman pahit getir yang dikecapnya, membuat Maramis cakap untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Antara lain sebagai Duta Istimewa dengan kuasa penuh untuk memeriksa administrasi keuangan dan personil di perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Jabatannya sebagai Penasehat Delegasi RI ke Perundingan KMB di Negeri Belanda, Akhirnya menjadi Duta Besar di berbagai negara. Kesemua jabatan itu menuntut pengabdian yang tinggi dan jiwa besar seorang pemimpin seperti Maramis ini. Tanpa itu tugasnya tidak akan sukses, nama baik dan kehormatan pemerintah dan rakyat Indonesia di mata dunia tidak akan terjamin.

Maramis tetap seorang manusia biasa. Lingkungan di sekitarnya serta pandangan hidupnya yang konsekuen yang membuatnya merasa harus tampil ke depan. Penuh disiplin, jujur dalam berbagai jabatan, diplomat, karir yang pandai dan menjaga harga diri nasional dan internasional, sampai akhirnya ia dipensiun sebagai pejabat tapi semangatnya tetap berkobar. Tepatlah apabila orang menilainya "sepi ing pamrih, rame ing gawe". Tidak pernah ia menuntut jasa atau menagih janji.

Maramis, tokoh yang pernah memegang berbagai jabatan menteri dan duta besar, puluhan tahun lamanya hidup miskin beserta keluarganya, jauh dari tanah air. Tapi akhirnya ia pulang juga. Pemerintah dan rakyat Indonesia nyaris melupakan salah seorang tokohnya yang dulu pernah ikut mendirikan Republik ini sudah sewajarnyalah apabila pemerintah menerima kedatangan tokoh yang sampai tahun 1975, masih sempat mengabdikan diri dalam Panitia Lima yang membahas dasar negara Pancasila. Sayang sekali ia sedang sakit tapi masih sempat mengutarakan kerinduannya untuk berkubur di tanah air yang amat dicintainya. Dan pada 31 Juli 1977, Mr. A.A. Maramis tutup usia. Jenazahnya disemayamkan di Ruang Pancasila Departemen Luar Negeri dan dilanjutkan dengan upacara militer untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Sempurnalah sudah kehadirannya di dunia ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline