Hati ini berdebar-debar menunggu kedatangan ibu yang sedang mengambil hasil ujian nasionalku. Dipundakku terpikul sebuah harapan besar dari orang tua yang telah susah payah menyekolahkan anaknya agar bisa sukses. Sambil menunggu, aku lantunkan doa tanpa henti berharap mendapatkan kabar yang menggembirakan. Penantian pun tiba, terdengar suara motor matic dari kejauhan, akhirnya ibu datang. Langsung kurebut tas dari genggaman ibu, terdapat secarik kertas didalamnya dan aku baca isi kertas tersebut. “Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional Sekolah Menegah Atas Tahun Pelajaran 2012/2013 nama Alif Fikri Maarif telah mengikuti dan dinyatakan lulus ujian nasional dengan NEM 41,5” bacaku dalam hati. Rasanya tidak percaya, aku baca sekali lagi secarik kertas tersebut. “Astaqfirullah Ya Allah, kenapa Engkau berikan hasil ini kepadaku?“ teriakku sambil pasrah. Di situ tertera satu nilai merah mata pelajaran Biologi dengan nilai 6. Mendapat NEM 41,5 dari total NEM 60 merupakan prestasi terburukku selama mengikuti ujian nasional. Selang 1 jam ternyata pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) jalur undangan sudah bisa dilihat di web. Langsung saja kuhidupkan komputer dan kuketik username beserta password untuk login dengan penuh kebimbangan. Terlihat tulisan “Maaf anda belum di terima di Universitas Gajah Mada jurusan teknik industri”. Kepalaku semakin tertunduk lesu, hatiku menjadi tidak karuan merasa malu pada orang tua mempunyai anak sepertiku.
Sungguh 2 hasil yang sangat menyakitkan. Aku mendengar kabar kalau sebagian besar temanku diterima. Kabar yang seharusnya kuterima dengan senang hati tetapi malah membuat hatiku semakin sakit. Bapak dan Ibu terus memberikan semangat serta wejangannya untuk terus berjuang. ”Masih banyak jalan menuju roma, tetaplah semangat nak, raihlah mimpimu setinggi-tingginya dan perlu diingat usaha dan doa tidak akan pernah mengkhianati” kata bapak sambil mengelu-elus kepalaku. Teman-teman pun juga terus menyemangati kami yang belum berhasil. Kuingat mantra Man Jadda Wajada --Barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil-- ketika melihat film Negeri 5 Menara. Bagaimana melihat semangat Alif dalam film tersebut yang terus berjuang mewujudkan mimpinya untuk bisa sekolah keluar negeri meskipun rintangan selalu menghadangnya. Aku harus bisa meniru semangat Alif tersebut. Aku percaya ada rahasia dibalik ini semua, Allah pasti telah merencanakan sebuah hadiah terindah bagi hambanya yang bersungguh-sungguh. “Mulai sekarang aku harus lebih bersungguh-sungguh. Ayo Fikri masih ada ujian tertulis. Aku pasti bisa masuk perguruan tinggi negeri !!!” teriakku menyemangati diri.
Aku alihkan target dari UGM menjadi ITS setelah mendapat informasi dari kawan bahwa untuk urusan teknik ternyata akreditasinya masih lebih bagus ITS. Setelah berkutat dengan berbagai tes dan menjalani perjuangan yang hebat, dengan mengucapkan alhamdulillah aku bisa tercatat sebagai mahasiswa teknik industri ITS. Begitupun dengan teman-temanku yang dulunya belum berhasil, sekarang secara keseluruhan telah mendapatkan sekolah sesuai keinginannya masing-masing. Memang sebuah nikmat Allah yang tidak terduga, Terimakasih Ya Allah. Tak terasa 2 tahun yang sangat singkat. Kami harus berpisah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti lirik dari lagu koesplus, masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah.
Sedikit timbul kekecewaan ketika harus masuk program akselerasi yang mengharuskan siswanya lulus 2 tahun. Padahal berat rasanya meninggalkan kenangan selama itu. Tapi kehidupan ini tidak akan bisa terulang kembali, itu masa lalu. Akuharus menatap kedepan. Selamat tinggal kawan, kita hanya terpisah jarak tetapi ikatan batin kita tidak akan kendur, aku tunggu kalian semua kelak di gerbang kesuksesan. Sekarang kujalani kehidupan baru bukan lagi menjadi seorang siswa tetapi sudah menjadi seorang yang bergelar mahasiswa. Sebuah gelar “maha” yang mempunyai tanggung jawab besar yang kelak akan menjadi generasi penerus menggantikan para pemimpin bangsa.
“Perkenalkan namaku Alif Fikri Maarif, usia 17 tahun. Seorang anak muslim berasal dari Desa Kadipiro Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sekarang tercatat sebagai mahasiswa teknik industri ITS angkatan 2012” kataku dengan penuh ketegasan saat perkenalan mahasiswa baru. Bagi sebagian besar orang awam pasti belum mengetahui ITS itu apa, letaknya dimana dan kepanjangannya apa? Bahkan pernah suatu ketika ditanyai seorang tetangga, “sekolah dimana kri?” tanyanya. “Sekolah di ITS pak” jawabku. “Oalah Institut Teknologi Semarang” sahutnya dengan penuh keyakinan. Akupun menelan ludah mendengar perkataan bapak tadi. Ternyata kampusku tidak setenar ITB atau UGM. Langsung saja kujelaskan bahwa ITS itu kepanjangannya Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang letaknya di Surabaya. Saat menginjakkan kaki pertama kalinya di ITS udara panas langsung menyambutku. Namun untungnya di dalam kampus ITS sendiri banyak sekali pepohonan yang membuat suasana menjadi rindang. Bahkan disediakan jalur khusus sepada kayuh sehingga polusi kendaraan motor bisa berkurang sesuai dengan jargon ITS sendiri yaitu ITS Eco Campus.
Kujalani masa perkuliahan hampir 2 minggu. Bertemu dengan banyak teman dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari Medan, Jakarta, Makasar, Balikpapan dan masih banyak lagi. Senang rasanya memliki banyak teman yang datang dari berbagai daerah. Teman teman yang bisa menjadi sebuah keluarga baru yang didalamnya dihiasi rasa kebersamaan, kepeduliandan saling memiliki. Menjadi sebuah angkatan yang memiliki rasa kebersamaan tidak hanya disaat senang tetapi juga disaat sedih. Disini kami saling bertukar budaya terutama masalah bahasa. Kami yang berasal dari Jawa mengajari teman-teman yang berasal dari luar jawa mengenai Bahasa Jawa dan juga sebaliknya. Aku pun juga banyak belajar karena ternyata Bahasa Jawa di Jawa Tengah berbeda dengan Jawa Timur. Contohnya kata “mari” di Jawa Tengah berarti sembuh tetapi di Jawa Timur berarti selesai. Kami juga sering berkumpul di kontrakan salah satu teman kami namanya Makruf. Disitu kami bermain PES 2013 sampai larut malam, belajar kelompok dan bahkan tidur bersama. Kebersamaan yang sangat indah.
Awal masuk kuliah memang agak keteteran ketika harus mengurus segala keperluan mulai dari mencuci baju sampai masalah makan. Intinya harus bisa belajar mandiri. Mata kuliah yang diajarkan pun sebenarnya hampir sama dengan pelajaran yang ada di SMA. Terutama mata kuliah kalkulus dan fisdas yang membuatku semakin kebingungan. Bertemu kembali dengan vektor, integral dan turunan yang memang tidak kusukai. Selain itu juga harus berhadapan dengan dosen-dosen yang memiliki sifat berbeda-beda. Ada yang mengatakan dosennya killer ataupun bahkan ada yang mengatakan dosennya cantik. Dosen pun juga sering memberikan tugas yang begitu banyak dan membuatku harus bedagang hingga tengah malam untuk menyelesaikannya. Itulah rona-rona kehidupan dikampus. Tidak pernah terbayang ternyata menjadi mahasiswa itu lebih berat dibandingkan menjadi siswa.
Adaptasi pun terus kulakukan dengan keadaan di Surabaya. Mulai adaptasi terhadap kondisi lingkungan sampai dengan nilai-nilai masyarakat yang ada di Surabaya. Kadang rasa rindu dengan keluarga di kampung halaman selalu menghinggap dipikiran. Namun, aku harus tetap tegar, menjalani semua ini dengan penuh keikhlasan. Untuk mempermudah adaptasi, aku sering bertanya kepada senior apa saja yang harus dilakukan selama kuliah. Dan baru aku sadari ternyata di dalam dunia kerja nanti yang dibutuhkan tidak hanya kemampuan hardskill (ilmu pasti) tetapi juga sofskill (ilmu sosial). Aku pun menjadi bertanya-tanya. Sebenarnya tujuan kuliahku ini untuk apa? Suatu ketika aku bertemu salah satu seniorku yang sedang beristirahat di masjid, langsung aku tanyai saja. Mas Mukhlis namanya. Beliau merupakan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri 2012/2013 dan sekarang menjabat sebagai Presiden BEM ITS 2013/2014.
“Mas, selama kuliah apa yang Mas Mukhlis cari ?” tanyaku.
“Ehm, apa ya ? yang jelas ilmu. Ilmu secara keseluruhan. Tidak terpaku pada ilmu mata kuliah yang kita pelajari tetapi ilmu yang dapat membuat kita bisa berkembang dan dapat bermanfaat bagi orang lain.” Jawabnya.
“Maksudnya mas ? Bagaimana caranya untuk mendapatkan ilmu tersebut ?” tanyaku masih kebingungan.
“Kita menjadi mahasiswa jangan hanya kuliah tapi harus lebih dari itu, seperti dikatakan Pak Soekarno, ”Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”, mahasiswa harus peka, harus mengetahui permasalahan masyarakat dan cara menyelesaikannya, berpikiran luas, salah satu caranya yaitu dengan mengikuti organisasi. Banyak sekali organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di ITS ini. Kamu tinggal memilih sesuai passionmu. InsyaAllah akan bermanfaat bagi dirimu dan masyarakat.” Jawab Mas Mukhlis dengan panjang lebar.
“Ehm, gitu ya. Terima kasih Mas Mukhlis” sahutku sambil mengangguk-angguk.
Sebuah penjelasan yang memberikan pencerahan kepadaku apa hakikat mahasiswa itu yang sebenarnya, mahasiswa yang dapat menjalankan tugas sesuai fungsinya. Baru aku sadari dulu ketika SMA, kami tidak diberi kesempatan untuk mengikuti organisasi. Kami di akselerasi dituntut untuk belajar, belajar dan belajar. Hal inilah yang membuatku semakin terpacu untuk mengikuti organisasi yang ada di ITS ini. Namun kebijakan dari ITS sendiri baru memperbolehkan mahasiswanya mengikuti organisasi pada tahun kedua dan harus menjalani proses kaderisasi/ospek dahulu pada tahun pertama. Untuk proses kaderisasi sendiri diserahkan kepada himpunan masing-masing atas persetujuan ketua jurusan. Pengkaderan di ITS terkenal dengan lama waktunya bahkan bisa mencapai 1,5 tahun.
Selama menjadi mahasiswa Teknik Industri angkatanku selalu mencoba berapdasi dengan lingkungan kampus seperti harus menyapa bila berpapasan dengan orang lain, berinteraksi dengan semua stakeholder yang khususnya yang ada di teknik industri dan umummya yang ada di ITS sehingga terjadi hubungan yang harmonis satu sama lain. Selain itu sebagai angkatan dituntut untuk memiliki rasa saling melengkapi, peduli dan solid.
Perkuliahan sudah memasuki satu bulan. Tiba-tiba angkatanku diharuskan berkumpul di jurusan bada’ isya.
“Selamat datang mahasiswa baru teknik industri angkatan 2012, disini kami akan menginformasikan beberapa hal berhubungan dengan kaderisasi. Apakah anda semua siap untuk menerimanya?” tanya Mas Hasyim, Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Industri.
“SIAP!!!”, jawab kami semua secara serentak.
“Baik, sekarang kita diskusikan terlebih dahulu kontrak belajar kaderisasi yang akan kita jalankan kedepan” kata Mas Hasyim sambil memberikan 3 lembar kertas kepada ketua angkatan kami, Novangga.
Setelah berdiskusi sekitar 45 menit akhirnya kontrak belajar disetujui dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Setelah itu angkatanku dibagi menjadi 15 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 14 anak. Disitu kami diberi penjelasan panjang lebar mengenai pengkaderan kedepannya.
“Selamat datang adik-adik semua. Sebelumnya perkenalkan nama saya Rara. Disini saya akan memberi penjelasan tentang seluk beluk pengkaderan yang akan adik-adik jalani kedepannya. Biar lebih akrab, alangkah baiknya perkenalkan diri adik-adik satu per satu terlebih dahulu” Kata Mbak Rara sambil mempersilahkan.
Kami satu persatu memperkenalkan diri sebutkan nama dan asal daerah.
“Baik dik, langsung saya jelaskan saja. Pengkaderan di jurusan teknik industri ini dinamakan SISTEM 2012. Sebuah kegiatan pengkaderan yang tidak ditentukan batas akhir waktunya yang bertujuan membantu angkatan adik-adik semua untuk lebih bisa berinteraksi, beradaptasi, pengembangan diri dan utamanya menjadi kader Himpunan Mahasiswa Teknik Industri selanjutnya. Pengkaderan yang dapat membuat angkatan adik-adik sekalian lebih peka terhadap lingkungan dan diharapkan terbentuk outputan yang berhasil.” Jelas Mbak Rara dengan penuh keyakinan.
Setelah mendengar penjelasan Mbak Rara tadi, membuat diriku semakin yakin dan mantap untuk mengikuti proses pengkaderan ini.
Seiring berjalannya waktu, SISTEM 2012 telah memasuki bulan keempat. Di SISTEM 2012 ini kami diajarkan bagaimana harus lebih mengutamakan kepentingan angkatan dibandingkan kepentingan pribadi. Menjadikan sebuah angkatan yang memiliki koordinasi baik dan dapat menjaga nama baik Teknik Industri khususnya Himpunan Mahasiswa Teknik Industri. Banyak sekali pengorbanan yang harus dilakukan agar tujuan tersebut tercapai. Selama SISTEM 2012 angkatanku diwajibkan memakai handband. Sebuah kain kecil tidak lebar, kuning dan dipakai dilengan kanan.
Handband merupakan identitas kami sebagai perserta SISTEM 2012. Ada sepuluh aturan yang harus dipatuhi angkatanku dalam pemakaian hanband tersebut. Tidak boleh jatuh, tidak boleh kotor, harus dipakai di lengan kanan minimal 3 jari diatas siku, tidak boleh terkena kulit, tidak boleh tertutup apapun, lambang Himpunan Mahasiswa Teknik Industri dan tulisan 2012 menghadap depan, dilepas saat ibadah, dan masih banyak lagi. Sebelumya aku belum mengerti makna dibalik pemakaian handband tersebut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menyadari makna dibalik pemakaian handband ketika semakin banyak kasus-kasus pelanggaran peraturan handband mulai bermunculan. Handband merupakan alat pemersatu angkatan disaat semua sedang belajar, belajar bagaimana menjaga sebuah amanah, belajar bagaimana untuk memiliki rasa tanggung jawab, belajar bagaimana dapat menjadi tangan kanan Himpunan Mahasiswa Teknik industri. SISTEM 2012 dibuat sebagai fasilitas mahasiswa baru untuk proses pendewasaan. SISTEM 2012 tidak sama dengan handband tetapi SISTEM 2012 tidak akan berjalan tanpa handband.
SISTEM 2012 tidak memihak siapa tapi tentang diri dan angkatan. Selama mengikuti sistem kita dituntut untuk dapat mengatur waktu, jangan sampai dengan mengikuti SISTEM 2012 membuat akademik terbengkalai, jangan sampai SISTEM 2012 membuat kami lupa beribadah dan masih banyak lagi. Selama SISTEM 2012 angkatanku juga sering kali mengadakan komunal (kumpul angkatan) untuk membahas permasalahan selama SISTEM 2012 dan sering kali sebagian dari teman-teman angkatanku dipanggil panitia SISTEM 2012. Intinya kita dituntut harus benar benar bisa mengatur waktu dengan baik. Kegiatan yang pernah diadakan selama SISTEM 2012 juga sudah banyak. Salah satu yang paling mengena di hatiku adalah Sesi IC (Instruktur Committee) guna mengetes kami untuk hafal nama semua anggota angkatan, mars TI, dan Fungsionaris Himpunan Mahasiswa Teknik Industri. Disana kami di tes satu persatu, dan masih banyak yang gagal. Kami dibentak bentak, dimintai konsekuensi, tapi setiap konsekuensi yang kami ajukan selalu ditolak. Disinilah kami harus mengeluarkan argumen agar setiap konsekuensi dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak. Jadi intinya SISTEM 2012 mengajarkan kepada kami banyak hal. Vivat TI ! Hidup TI, Hidup TI, Hidup TI. TI ! Unifier. Itulah jargon kami yang selalu kami dengungkan untuk membangkitkan semangat.
Tepat hampir 1 tahun berjalannya SISTEM 2012. Angkatanku harus mengikuti camp militer di Karang Pilang, Sidoarjo. Camp berlangsung selama 2 hari yaitu hari Sabtu dan Minggu. Banyak perlengkapan yang harus dibawa. Mulai dari roti sisir, air mineral, jas hujan, tas carier sampai sepatu boot. Uang kami pun terkuras habis untuk membeli segala perlengkapan tersebut. Sabtu pagi kami berangkat menggunakan mobil TNI dengan keadaan mata tertutup. Di situ senior mengawasi kami jangan sampai ada yang berbicara apalagi tidur. Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam kami sampai di lokasi. Kami langsung di sambut dengan bentakan dan amarah. Kami disuruh lari hampir 1 kilometer dengan membawa tas carier yang beratnya sekitar 10 kg. 2 hari yang cukup melelahkan. Kami harus hujan-hujanan, panas-panasan, dibentak-bentak bahkan jelajah hutan di tengah malam. Seperti tidak ada waktu istirahat bagi kami. Tapi pada Minggu subuh, ketika kami sedang bersih-bersih diri, tiba-tiba senior datang dan langsung membentak kami semua meminta berbaris di tengah lapangan. Dan ternyata tepat setelah adzan subuh angkatan kami dinyatakan lulus dan mendapat gelar TI-28 (Teknik Industri angkatan 28). Kami senang, menangis, berteriak melepaskan semua penat setelah berjuang hebat selama hampir 1 tahun dan akhirnya bisa lulus dengan memuaskan. Banyak nilai yang kami dapatkan selama SISTEM 2012. Nilai kebersamaan, solidaritas, kesolidan dan masih banyak lagi. SISTEM 2012 seperti miniatur kehidupan kita kelak nanti ketika sudah bekerja. Akan banyak rintangan, cobaan dan halangan yang lebih berat lagi dan aku harus siap untuk menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran. Vivat TI ! Hidup TI, Hidup TI, Hidup TI. TI ! Unifier. Itulah jargon pembakar semangat yang selalu kami dengung-dengungkan. InsyaAllah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Setelah mendapat gelar TI-28, kami bisa mengikuti organisasi di dalam ITS. Salah satu yang paling diminati adalah himpunan mahasiswa. Aku terdaftar sebagai staff di departemen media dan informasi Himpunan Mahasiswa Teknik Industri. Di situ banyak sekali pelajaran yang kudapatkan. Bagaimana mengkonsep suatu kegiatan, belajar berbicara di depan umum, belajar untuk lebih peka terhadap permasalahan sekitar. Pelajaran yang mungkin tidak bisa kita dapatkan melalui akademik. Saya diamanahi sebagai ketua pelaksana dalam pembuatan majalah Himpunan Mahasiswa Teknik Industri. Sesuai dengan hobi saya yang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan jurnalistik. Sekarang aku tercatat sebagai mahasiswa semester 3.
Di sela-sela libur perkuliahan, aku mengajak beberapa temanku untuk melepas penat dengan naik gunung. Mendaki memang sudah menjadi hobiku sejak dulu. Memang tidak semua orang menyukai mendaki tapi berawal dari sebuah keinginan untuk bisa menaklukan sesuatu yang dianggap kebanyakan orang sulit untuk ditaklukan, kami berempat, Aku (Fikri), Bagas (teman SMP), Aldi (teman kuliahku asal Surabaya) dan Daru (teman SMP) mencoba mengubah paradigma tersebut. Tujuan kami adalah menaklukan Puncak Lawu. Sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Berikut cerita perjalanan kami :
Rabu, 26 Juni 2013
18.00
Berangkat dari rumahku menggunakan dua sepeda motor matic, membelah dinginnya jalanan Karanganyar dengan kecepatan sekitar 70-80 km/jam menuju pos pendakian cemoro sewu di ketinggian sekitar 1700 mdpl.
19.00
Tiba di pos pendakian Cemoro sewu, mencari tempat penitipan sepeda motor dan langsung menjalankan kebutuhan rohani kami, shalat isya berjamaah di masjid dekat cemoro sewu.
19.30
Ditemani dengan dinginnya udara pegunungan dan barang bawaan seadanya (tanpa tenda, tanpa tas carier dan tanpa peralatan yang umumnya harus dibawa) hanya bermodal semangat ala bonek dan film 5 cm, kami mulai dengan langkah yang ikhlas tapi juga dengan sungguh-sungguh. Gelak tawa menjadi pengangat kami ditengah dinginnya udara malam untuk bisa mencapai pos 1.
20.15
Setelah harus beristirahat berkali-kali Alhamdulillah kami tiba di pos 1. Kami putuskan istirahat 10 menit, melahap bekal yang kami bawa sambil mengisi tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Setelah dirasa cukup kami lanjutkan perjalanan menuju pos 2.
21.30
Perjalanan yang cukup panjang dan medan yang sudah semakin terjal. Sekali lagi Alhamdulillah kami masih bisa mencapai pos 2. Istirahat sekitar 10 menit sambil kami isi tenaga kembali. Semakin tinggi medan yang kami daki, semakin dingin pula udara yang kami rasakan. Tetapi kami masih bisa menahannya. Kami lanjutkan perjalanan mimpi ini.
22.20
Udara semakin dingin, tenaga sudah mulai terkuras namun sekali kalinya dengan bantuan Allah dan usaha yang tanpa kenal lelah, kami bisa mencapai pos 3. Disana kami bertemu pendaki lain yang sedang sedang nge-Camp. Kami berbincang-bincang sebentar dan ternyata pendaki tersebut sudah kembali dari puncak siang tadi. Kami baru menyadari bahwa selama perjalanan sampai pos 3 kami belum menemui pendaki lain yang berangkat pada malam ini. Meskipun begitu, itu tidak menciutkan nyali kami. Kami lanjutkan perjalanan menuju pos 4.
23.45
Sempat diselingi beberapa kali kram kaki yang dialami Daru dan Aldi. Berkat bantuan Allah dan semangat muda yang masih kami miliki, pos 4 bisa kami taklukan. Istirahat kembali sebentar. Udara dingin sudah semakin kami rasakan sampai menusuk tulang. Udara dingin yang belum pernah kami rasakan. Udara dingin yang membuatku berpikir ulang. Tetapi melihat semangat dari teman-teman membuat hati ini menjadi kuat kembali. Daru dengan semangat takbirnya, Bagas dengan semangat telur godok dan “kepulan asap” yang keluar dari mulutnya serta deadline kerja besok siang, Aldi dengan semangat ala Bung Tomo serta aku dengan semangat yang pernah mendaki 3 gunung di Jawa membuat jiwa dan raga kami kembali membara. Target kami pos 5. Beberapa langkah lagi kami bisa mencapai target. Mimpi yang indah. Pikirku.
Kamis, 27 Juni 2013
00.45
Udara dingin semakin memuncak membuat tubuh kami bergetar semua, tapi secercah harapan datang ketika kami melihat tulisan POS 5. Kami sampai di pos 5, pos terakhir untuk mencapai puncak. Kami lanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan sebelum mencapai puncak. Tempat peristirahatan tersebut terdapat warung makan Mbok Yem, mata air, toilet dan makam Kyai Lawu. Kami berharap bisa melepas lelah sambil membeli minuman hangat di warung tersebut sehingga bisa sedikit menghangatkan tubuh kami yang semakin menggigil.
01.30
Kami sampai di pos peristirahatan dan kami dapati ternyata Warung Mbok yem tutup. Masalah besar buat kami. Tanpa perbekalan yang memadai serta salah perhitungan jam berangkat, membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa di tengah dinginnya malam pegungungan. Dingin yang membuat tulang kami tidak bisa diajak berkompromi lagi untuk bergerak. Tapi sekali lagi bantuan Allah datang, ternyata di pos peristirahatan itu kami dapati pendaki lain yang sedang membuat api unggun. Karena mungkin merasa iba dengan keadaan kami, pendaki tersebut mengajak kami untuk bergabung. Tetapi api unggun tersebut hanya menjadi penghangat 10% tubuh kami yang masih saja menggigil hebat. Membuat kami merasa seperti diantara hidup dan mati. Kami seperti merasakan “Sakaratul Maut”. Dingin yang tidak tertahankan. Aku mulai merasa mual, Daru pun malah harus tidur didepan api unggun karena kantuk yang tidak tertahankan sampai-sampai sepatunya sedikit terbakar, begitu juga dengan Bagas yang merasa menggigil hebat apalagi Aldi yang biasanya menikmati panasanya kota Surabaya kali ini harus merasakan dinginnya udara malam pegunungan setinggi 3100 mdpl. Namun kami masih bertahan, meskipun raga kami sudah sulit digerakkan tetapi dalam jiwa kami masih membara semangat untuk mencapai tujuan kami. Dengan sisa tenaga yang kami punya. Kami saling menyemangati satu dengan yang lain sehingga bisa bertahan disini, ditengah dinginnya udara pegunungan yang mencekam sampai 3,5 jam lamanya.
04.35
Kami tunaikan kewajiban shalat subuh berjamaah. Kami semua bertayamum karena dinginnya udara yang luar biasa. Kami cari tempat yang suci untuk menunaikan shalat, dan kami putuskan shalat didepan kuburan Kyai Lawu karena tempat itu merupakan tempat yang paling bersih dibandingkan tempat yang lain. Kuburan tersebut sudah dibuat seperti rumah berlantai. Ada 4 tiang pancang yang menopangnya. Kami injakan kaki di lantai dan maknyus hawa dingin langsung merasuk ke seluruh syaraf kami. Kami gunakan sarung sebagai sajadah, Bagas sebagai imamnya membaca surat An-Nas dan Al-Ikhlas sambil terbata-bata menahan gigilan tubuhnya yang sulit di kontrol. Shalat di depan kuburan dengan ketinggian 3100 mdpl sebuah pengalaman yang beharga.