”Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggallah engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah , " Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan," dan Allah pemberi rezeki yang terbaik"(QS. Al-Jum’ah : 11)
Seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas bahwa 90% pintu rezeki itu berasal dari perdagangan atau bahasa kerennya sekarang adalah entrepreneurship. Jadi sudah sangat jelas bahwa siapapun yang ingin hidupnya terjamin maka jadilah seorang entreprenuer. Jika kita melihat perkembangan zaman sekarang ini, untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil harus berbekal ijazah S1 apalagi untuk menjadi seorang dokter harus mengeluarkan kocek begitu dalam. Namun untuk menjadi seorang entrepreneur hanya memerlukan satu kata yaitu kemauan. Kita bisa jika kita mempunyai kemauan. Selain itu, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM jumlah entrepreneur di Indonesia hanya sekitar 1,25% padahal suatu negara dikatakan bisa berkembang apabila jumlah entrepreneurnya minimal 2,5%. Jadi masih dibutuhkan sekitar 3 juta entrepreuneur.
Mahasiswa, sebagai manusia dengan bekal terdidik sudah sepantasnya menjadi garda terdepan dalam mempelopori jiwa entrepreneurship tersebut. Peran mahasiwa sebagai agent of change di uji di sini. Banyak hal yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship. Dari pemerintah sendiri sebenarnya telah banyak memberikan program untuk menumbuhkembagkan jiwa entrepreneur mahasiswa sebagai contohnya yaitu melalui program PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), PWM (Program Wirausaha Mahasiswa) dan masih banyak program lainnya. Disini dibutuhkan kesadaran mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam program-program tersebut. Pola pikir yang cuman ingin untung namun tidak mau rugi sudah harus dirubah oleh mahasiswa. Hal tersebut memang manusiawi, tapi melihat zaman sekarang ini dimana persaingan sudah semakin kompetitif mau tidak mau kita harus merubahnya jika tidak ingin tergerus oleh perkembangan zaman itu sendiri.
Kampus sendiri juga bisa berperan besar dalam menumbuhkan jiwa entrepreneur mahasiswa. Salah satunya dengan memasukkan mata kuliah entrepreneurship ke semua jurusan dan program studi. Dengan adanya mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mempunyai modal ilmu dan dapat langsung mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam dunia nyata. Selain itu, tanpa disadari dengan mengikuti berbagai organisasi juga dapat menumbuhkan jiwa entrepreneur mahasiswa. Di dalam organisasi kita dituntut mengetahui bagaimana menjalankan sebuah program kerja mulai dari manajemen, struktur tugas, hal-hal teknis sampai masalah dana. Di dalam masalah dana ini mahasiswa diharuskan berfikir kritis bagaimana mencari dana, baik melalui sponsor atau sekedar berjualan di lingkungan kampus. Memang agak sepele, namun melalui hal-hal kecil yang dilakukan mahasiswa tersebut, tanpa disadari jiwa entrepreunernya telah tumbuh.
Sebentar lagi kita akan menghadapi Asean Economic Community pada tahun 2015 dimana para pekerja asing dengan mudahnya masuk ke setiap asean tak terkecuali Indonesia. Apabila hal ini tidak diantisipasi dengan baik akan berdampak negatif dengan semakin banyaknya pengangguran. Disini diperlukan peran seluruh masyarakat Indonesia terutama mahasiswa untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan entrepreunership.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H