Lihat ke Halaman Asli

Ghofar El Ghifary

Nama saya adalah Abdul Ghofar dan memiliki nama pena Ghofar El Ghifary. Saya adalah seorang guru dan juga pegiat literasi. Salam Inspiratif!

"Social Distancing" Itu Fisiknya, Bukan Pikiran dan Hatinya

Diperbarui: 2 April 2020   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial. Yang setiap individu memiliki hasrat untuk saling berinteraksi. Terlebih di belahan bumi Indonesia, negeri yang terkenal "gemah ripah loh jinawi" ini.

Warga negara Indonesia adalah sekumpulan manusia yang memiliki tingkat kepedulian sosial yang sangat tinggi. Indonesia di mata dunia terkenal keramahannya. Sikap para penduduknya yang santun, hingga tutur katanya yang lembut menjadi alasan tersendiri bagi para turis berbondong-bondong untuk singgah ke negeri ini.

Lain pada masa pandemi seperti sekarang ini. Semenjak Covid-19 unjuk gigi, para penduduk negeri terpaksa aktivitas sosialnya harus dibatasi. Demi mencegah penyebaran yang masif dari virus corona yang cukup mematikan ini.

Itu semua adalah kebijakan dan imbauan dari pemerintah. Agar efek Covid-19 ini tidak semakin parah. Bahasa kece-nya social distancing, jaga jarak aman minimal satu meter saat berinteraksi.

Sebenarnya social distancing ini yang dijaga adalah jarak fisiknya, tetapi justru yang terjadi saat ini pikiran dan hati kita ikut-ikutan jaga jarak aman. Pikiran tak peduli dengan kesulitan orang lain, sehingga sikap tak acuh terhadap sesama bisa terjadi. Sedangkan hati juga tak kalah ikut-ikutan jaga jarak, sehingga dengan sesuka hati mulut dengan mudah mencaci dan memaki.

Ini menjadi salah satu bagian dari efek terburuk di tengah pandemi. Pada saat-saat krisis kesehatan bahkan ekonomi seperti sekarang ini, jangan sampai wabah "krisis sosial" juga kita alami. Fenomena buruk seperti ini jangan sampai berlanjut terus menerus tetap terjadi.

Negeri kita tercinta sedang merana, akibat keganasan Covid-19 atau virus corona. Indonesia butuh orang-orang yang optimis, untuk membabat berbagai krisis sampai habis.

Yang kaya jangan jumawa. Yang miskin jangan merasa paling prihatin. Kita butuh saling berpegangan tangan dalam melakukan kebaikan, bukan sikap berpangku tangan. Setiap orang wajib berperan. Tak mudah asal menuduh hingga malah membuat situasi menjadi gaduh.

Mari saling memberi perhatian. Mari saling menjaga perasaan. Semoga masalah kita bersama ini segera terselesaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline