Lihat ke Halaman Asli

Ghina Kamila

an ambivert

Refleksi Perkuliahan Islam Interdisipliner

Diperbarui: 19 Juni 2021   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, Agama yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perbedaan tempat, terbuka dan dapat dikaji oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun baik secara normatif, historis maupun  lokatis. Namun beberapa tahun belakangan ini, kritik terhadap pengembangan ilmu-ilmu keislaman banyak mendapat perhatian khususnya negara kita. 

Islam yang telah dikaji sejak awal adanya islam hingga kini, telah melahirkan berbagai keilmuan dari berbagai pendekatan yang melahirkan berbagai macam pandangan. Hal tersebut selaras dengan protes sekularisasi dan dehumanisasi akibat modernisasi dengan munculnya tuntutan agar kedua pendekatan studi islam dan sains tidak dikotomikan dalam mengkaji islam namun diintegrasikan atau di interkoreksikan. Memang hal yang sesuai sesuai dengan ajaran Alquran, islam memang tidak mengenal adanya dikotomi antar agama, dikotomi antar agama dan sains, jasmani dan rohani, rasio dan empiris, dunia dan akhirat. 

Amin Abdullah merupakan salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam kritisi hal tersebut. Berulang kali ia mengkritisi  dalam tulisannya tentang nalar keagamaan yang berkembang di Indonesia, sembari menyajikan konsep studi agama sebagai sebuah model baru dalam mendekati islam. Dengan tawaran tersebut, Abdullah hendak mengubah tradisi pengajian agama bercorak normatif-doktriner dengan pendekatan studi agama yang bercorak sosio historis yang dilanjutkan dengan rasional filosofis. 

Cukup banyak Amin Abdullah menuliskan hal yang mengenai islam yang terdiri dari tema-tema yang beragam, mulai dari metode tafsir quran, pluralisme, ilmu fiqih, filsafat hingga masalah pendidikan. Hal tersebut di ea sekarang tentulah tidak lazim, di mana para ahli konsisten menekuni disiplin ilmu tertentu. Karena itu, kehadiran tulisan yang variatif ini mengundang sebuah pertanyaan " Hal apa yang menjadi fokus Amin Abdullah?" Padahal, Amin Abdullah tidak mempunyai maksud mempelajari semua bidang ilmu, namun ia menuangkan ke dalam satu rangkaian espitemologis yaitu "jaring laba-laba". Teori jaring laba-laba ini berkaitan dengan horison keilmuan islam, bukan saja bertujuan untuk mengembangkan kerangka ilmu-ilmu dasar dengan keislaman yang bersifat normatif tetapi juga dengan mengintegrsikannya dengan ilmu sekuler empiris-rasional.

Teori Amin Abdullah ini bersifat peta konsep. Sebagai sebuah peta konsep jaring laba-laba, tentu saja peta ini dapat diartikan bahwa setiap hal yang terdapat dalam peta itu memiliki hubungan walaupun tidak seluruhnya antara satu dan yang lainnya. Hal yang menarik dalam teori Amin Abdulah ini adalah penempatan Alquran ditengah kompleksitas perkembangan keilmuan. Tentunya hal ini merupakan suatu informasi yang penting bagi setiap umat muslim karena pada dasarnya alquran sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Islam tidak pernah menjadikan wahyu sebagai sumber utama pengetahuan hingga melupakan Tuhan. Karena menurutnya sumber pengetahuan terdiri dari dua macam yaitu berasal dari Tuhan dan manusia.

Pada dasarnya suatu bidang keilmuan tersebut benar-benar saling berkaitan satu sama lain, karena memang yang dibidik dari keilmuan tersebut adalah realitas alam semesta yang sama, hanya saja masing-masing keilmuan tersebut beda-beda. Dan juga menjadi sebuah pengingat kepada masyarakat bahwa suatu perbedaan akan selalu ada dalam setiap keilmuan baik agama, sains, sosial humaniora dan tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi dengan saling kerjasama saling menegur, saling membutuhkan satu sama lain dan saling keterhubungan antar keilmuan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline