Lihat ke Halaman Asli

Hidup Tanpa Keseimbangan

Diperbarui: 10 November 2024   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Kalila, dan aku adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang tinggal seorang diri di tengah kota besar. Hidupku berjalan begitu cepat dan penuh dengan rutinitas yang kadang-kadang terasa berat. Setiap hari, aku bangun terlambat, menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar ponsel, dan makan apa saja terutama junk food yang sudah jadi teman setia di tengah padatnya aktivitas. Selain enak, mudah di dapatkan dimana saja dan tidak ribet makannya. 

Aktivitas di sekolah semakin menumpuk. Ujian, tugas, dan proyek sering kali datang secara bersamaan. Aku mencoba untuk tetap fokus, tetapi dengan kondisi pola hidup yang buruk seperti makan yang tidak sehat, tidur larut malam, dan kurang olahraga, segala sesuatunya terasa semakin sulit. Kadang-kadang, aku merasa seperti ada beban berat di pundakku yang tak bisa aku lepaskan. Semua ini mulai membuatku merasa stres dan cemas, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana untuk memperbaikinya.

Setiap pagi, aku bangun hampir terlambat untuk sekolah. Aku terburu-buru menyambar roti atau keripik dari meja makan, sekadar mengisi perut, lalu bergegas ke sekolah. Sepanjang hari di sekolah aku menghabiskan waktu dengan menatap layar ponsel atau laptop, mencoba menyelesaikan tugas sekolah yang terus bertambah dan tenggat waktunya berdekatan. Aku sering begadang, hanya untuk menuntaskan pekerjaan sekolahku.

Waktu malamku sering kali penuh dengan rasa cemas. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, pikiranku terus berpacu memikirkan tugas yang belum selesai atau nilai ujian yang aku rasa tidak cukup baik. Ketika jam menunjukkan pukul 2 pagi, mataku lelah namun aku tak bisa berhenti memikirkan segala sesuatu. Padahal esok hari aku harus bangun pagi untuk melanjutkan rutinitas yang sama.

Aku tahu pola hidupku tidak sehat, tetapi aku merasa terjebak. Junk food seperti pizza, burger, dan mie instan adalah makanan utamaku. Setiap kali lapar, aku merasa tak ada waktu untuk memasak makanan sehat, jadi aku memilih yang cepat dan praktis. Bahkan saat merasa tubuhku lelah dan lemas, aku tetap memaksakan diri untuk beraktivitas, berpikir kalau aku bisa menyelesaikan semuanya dengan lebih cepat. Namun kenyataannya, aku semakin lelah, dan fisik serta mentalku mulai menuntut balas.

Suatu hari, ketika sedang berjalan menuju kelas, aku merasa pusing dan lelah. Aku baru saja menghabiskan dua malam tanpa tidur dengan waktu yang cukup, dan paginya aku bangun dengan kepala yang berat. Tubuhku terasa seperti terbakar, tetapi aku tetap memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah. Di sekolah, aku duduk di kelas tetapi pikiranku tidak fokus. Tugas dan ujian yang harus aku hadapi seakan menjadi lautan yang tak mampu ku seberangi dan gunung yang tak bisa ku daki.

Tiba-tiba guru mengajukan pertanyaan kepadaku dan aku terdiam, tidak tahu jawabannya. Bukan karena aku tak belajar, tetapi karena tubuh dan pikiranku sudah terlalu lelah untuk berfungsi dengan baik. Itu adalah titik balik. Aku sadar bahwa aku tak bisa terus seperti ini. Aku tidak bisa hanya mengandalkan kafein dan junk food untuk bertahan. Aku butuh perubahan-perubahan besar yang akan mengubah hidupku. Karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari ku maupun masa yang akan datang. 

Malam itu, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang gaya hidup sehat dan bagaimana cara mengelola stres. Aku membaca beberapa artikel tentang pentingnya waktu tidur yang cukup, makan makanan bergizi, dan bagaimana menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang. Aku tahu bahwa untuk bisa berubah, aku harus melakukannya sedikit demi sedikit. Perubahan tidak akan terjadi dalam semalam, tapi aku bisa memulai dari sekarang.

Hari berikutnya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Daripada melanjutkan tidur yang buruk, aku mengatur alarm lebih awal agar bisa tidur dengan waktu yang pas dan berkualitas. Di pagi hari, aku mulai berolahraga, meski hanya jalan kaki atau stretching ringan dan tak lupa minum 2 gelas air putih. Aku mengganti sarapanku dengan smoothie buah segar dan roti gandum, menghindari sarapan cepat saji yang mengandung kalori maupun lemak yang tinggi. 

Walaupun sedikit sulit, aku merasa lebih segar dan energik dibandingkan biasanya. Aku juga mulai merencanakan waktu belajar dengan lebih terstruktur. Tidak ada lagi begadang untuk mengejar deadline, melainkan aku membuat jadwal harian yang seimbang. Setiap kali aku merasa stres, aku mengambil beberapa menit untuk beristirahat, mendengarkan musik, atau  juga melakukan hobiku, yaitu menenun.  Langkah kecil tapi memberi dampak besar pada tubuh dan pikiranku.

Satu bulan kemudian, aku mulai melihat perubahan yang nyata. Tidurku lebih baik, dan aku merasa lebih segar di pagi hari. Makananku pun lebih sehat, aku mengurangi junk food dan mulai memasak makanan sendiri dengan bahan-bahan yang lebih bergizi. Tugas-tugas yang sebelumnya terasa menumpuk menjadi lebih terorganisir, dan aku bisa mengelola waktuku dengan lebih baik. Tidak ada lagi rasa cemas yang terus-menerus menghantuiku, karena aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk menjaga keseimbangan dalam hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline