Lihat ke Halaman Asli

Ghina Azra Hannani

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Menjaga Pikiran di Tengah Kasus COVID-19 Terbaru

Diperbarui: 13 Desember 2023   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi yang telah lalu telah memberi dampak yang sangat besar bagi berbagai sektor. Dalam sektor kesehatan sendiri, sebenarnya tidak hanya tentang kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental. Menurut

survey dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) terkait COVID-19, sebanyak 68% responden mengaku mengalami cemas, 67% mengalami depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis. Angka ini tentu saja merupakan angka yang sangat besar.

Bahkan pasca-pandemi pun, banyak masyarakat yang masih terdampak secara mental akibat COVID-19 dan banyak juga yang sudah mulai pulih dari krisis mental. Dengan adanya kasus baru COVID-19, kekhawatiran masyarakat pun ikut meningkat. Apakah mereka akan terdampak lagi jika terjadi pandemi kedua?

Belum bisa dipastikan apakah kasus COVID-19 yang baru akan meluas lagi dan mengharuskan pemerintah untuk melakukan lockdown. Kendati begitu, harus kita persiapkan apapun kemungkinan yang terjadi, agar kasus kesehatan mental tidak meningkat seperti di awal pandemi lalu.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan krisis mental, namun yang paling utama adalah minimnya kontak dan sosialisasi dengan dunia luar. Kita sebagai makhluk sosial yang terbiasa untuk bertemu orang lain setiap hari, tiba-tiba diminta untuk melakukan isolasi selama dua minggu. Tentu saja hal itu akan mempengaruhi pikiran dan perilaku kita. 

Nah, saya akan menjelaskan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di tengah COVID-19. Yang pertama dan terpenting adalah berpikiran positif. Selalu berpikir dengan sehat dalam segala hal, kurangi stres dan kecemasan berlebihan. Karena sugesti pikiran dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita juga. Serta kurangi membaca berita buruk yang sekiranya dapat membuat kita overthinking.

Kedua, lakukan hobi. Lakukan hal yang kamu sukai, misalnya membaca, memasak, atau menonton film. Hal ini akan membuat hormon serotonin meningkat dan memunculkan perasaan senang.

Terakhir, bercerita kepada teman atau keluarga. Meskipun dalam keterbatasan bertemu, kamu masih bisa mengobrol via internet. Bercerita kepada orang lain dapat meringankan beban yang kita pikul. Sehingga, kita dapat merasa lebih lega setelahnya.

Sayangi kesehatan mental Anda untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif. Selain melakukan saran di atas, kita juga harus belajar mengenali tanda-tanda gangguan mental dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Dengan menjaga kesehatan mental, kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita dan membantu orang lain di sekitar kita untuk melakukan hal yang sama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline