Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Risiko pada Perusahaan Distributor Sparepart

Diperbarui: 22 Desember 2022   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam konteks bisnis, manajemen risiko yaitu suatu usaha untuk menghindari risiko dengan cara memonitor atau mengelola sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi. Ada beberapa tujuan yang bisa dicapai perusahaan dalam melakukan manajemen risiko. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya yaitu :

  • Melindungi perusahaan dari risiko ekonomi yang mungkin merugikan.
  • Melindungi rencana keuangan perusahaan tetap lancar dan tidak terganggu.
  • Menjaga penghasilan perusahaan, sehingga penghasilan tersebut bisa dipakai untuk hal-hal yang penting untuk perusahaan.

Terdapat beberapa aspek yang membuat permintaan spare part dan manajemen persediaan spare part menjadi masalah yang kompleks, yaitu tingginya jumlah spare part yang dikelola dan adanya pola permintaan yang tidak berkelanjutan. Permintaan yang tidak berkelanjutan adalah permintaan yang berlangsung dalam interval waktu yang tidak teratur dan kuantitas yang sangat bervariasi. Sedangkan permintaan lumpy adalah permintaan yang tidak merata dalam hal waktu dan jumlah yang dibutuhkan bervariasi, selain itu memerlukan lebih banyak investasi dalam persediaan atau waktu respon yang lebih lama daripada yang telah diprediksi.       

Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, perusahaan perlu melakukan pengendalian risiko.Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko sebagaimana telah disebutkan diatas :


1.Risiko Pasar.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan hal yang sebenarnya tidak dapat dihindari. Tapi untuk meminimalisir efek dari risiko ini, kita perlu melakukan upaya-upaya internal. Untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berdampak pada keuangan perusahaan dimana perusahaan banyak melakukan kegiatan dalam ekspor dan impor produk otomotif miliknya, Salah satu caranya yaitu dengan mengurangi pembelian bahan baku berupa suku cadang otomotif dari luar negeri. Sebaliknya, perusahaan terus menerus melakukan perluasan atau ekspansi segmen usaha. Sejumlah langkah strategis yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan. Seperti gencar melakukan iklan dan sosialisasi produk kepada konsumen-konsumen produktif. Selain itu,perusahaan juga mengembangkan atau menjaga hubungan baik dengan para customernya untuk menjaga kestabilan pangsa pasarnya di tengah masuknya produk-produk asing.

2.Risiko kredit

Risiko kredit ini merupanakan salah satu risiko yang tergolong sulit untuk dikelola oleh perusahaan. Dikarenakan produk yang menjadi komoditas yaitu produk yang harganya mahal, maka mau tidak mau untuk meningkatkan pembelian maka perusahaan harus memberikan layanan kredit, namun kadangkala kredit ini juga macet. Untuk mengatasi risiko kredit macet yang mungkin diderita oleh perusahaan di kemudian hari, maka perusahaan menerapkan ketentuan kredit yang selektif, sehingga kegagalan pembayaran kredit tersebut dapat berukurang atau diminimalisir.

3.Risiko Operasional

Untuk mengatasi risiko operasional dalam bisnis, perusahaan mengatasinya secara rutin melakukan pengecekan pada mesin-mesin produksinya dengan berkala. Sehingga dengan pengecekan secara berkala ini dapat meminimalisir terjadinya kerusahan pada mesin yang akan berpengaruh pada melambatnya proses produksi.Perusahaan menerapkan sistem persediaan Sistem Tepat Waktu, sehingga bahan baku akan selalu ada atau siap ketika proses produksi membutuhkan bahan baku tersebut. Untuk meminimalisir kelangkaan bahan baku pada suatu waktu, perusahaan menerapkan standar khusus untuk para mitranya. Sehingga para perusahaan yang bermitra dengan kami adalah perusahaan yang handal dan terpercaya.

Terdapat beberapa sistem pengendalian persediaan yang sering digunakan, yaitu Analisis ABC, Sistem Komputerisasi, dan Sistem Tepat Waktu.  Analisis ABC yaitu dengan mengelompokkan jenis persediaan berdasarkan pada nilai persediaan. Sistem terkomputerisasi yaitu dengan menggunakan komputer sebagai alat pengendalian persediaan. Dengan sistem ini, komputer akan mencatat persediaan awal. Kemudian jika barang terjual, komputer akan mencatatnya dan memperbaharui posisi persediaan. Jika menyentuh batas tertentu, komputer akan otomatiis memesan barang dagang. Sistem Tepat Waktu yaitu dengan meminimalkan tingkat persediaan, kalau bisa ditekan sampai titik nol. Pada sistem ini pemasok harus bisa mendatangkan barang hanya beberapa jam sebelum dibutuhkan.

Pada perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang sangat banyak dan berfluktuasi sepertinya tidak mungkin untuk memberikan prioritas yang sama pada setiap jenis persediaan. Diperlukan pengendalian yang dapat mengkategorikan persediaan sehingga perusahaan dapat memprioritaskan persediaan dengan tepat dan efisien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline