Siapa yang tidak tahu mengenai Korea saat ini? Semua hal yang ada saat ini sering dikaitkan dengan Korea. Keberadaan hal-hal tersebut juga sudah mulai diterima oleh masyarakat sejak berkembangnya persebaran budaya Korea sejak dua dekade lalu sehingga menghasilkan istilah "Korean Wave".
Korean Wave atau biasa disebut sebagai Hallyu merupakan persebaran budaya pop Korea Selatan yang tersebar secara global di berbagai dunia dan salah satunya adalah di Indonesia. Hal ini memang sudah dipersiapkan untuk dibawa ke jenjang internasional sejak zaman pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) dengan slogan politik "Creation of The New Korea". Dapat dikatakan bahwa di zaman pemerintahan Presiden Kim Dae Jung, Korea Selatan ingin menghapus image mereka yang kaku dan tradisional menjadi modern dan fleksibel.
Pada saat kawasan Asia mengalami krisis finansial pada tahun 1997, pemerintahan Korea Selatan membentuk sektor perekonomian baru yang dimana berbentuk ekspor budaya populer pada awal tahun 2000-an. Di Indonesia sendiri, dimulai sejak awal tahun 2002 setelah Piala Dunia Korea Selatan dan Jepang yang kemudian dimanfaatkan oleh Korea pada 26 Maret 2022 dengan penayangan K-Drama pertama, yaitu Mother's Sea di stasiun televisi Trans-TV. Kemudian disusul oleh Endless Love pada 1 Juli 2002 yang dimana mendapatkan rating 10 dan ditonton sekitar 2.8 juta orang di lima kota besar di Indonesia berdasarkan survei AGB Nielsen Indonesia di Kompas Online pada 14 Juli 2003.
Drama tersebut menjadi bukti bahwa drama dari negeri Korea Selatan mendapatkan perhatian yang cukup di Indonesia dan menjadi salah satu bukti bahwa strategi perekonomian Korea Selatan sukses di Indonesia. Kemudian, sampai saat ini, K-Drama menjadi salah satu hiburan masyarakat Indonesia dan Korea berhasil menjadikan budaya mereka sebagai sektor perekonomian yang memberi keuntungan besar. Selain K-Drama, efek Korean Wave juga berdampak pada salah satu sektor kecantikan di Indonesia, yaitu skincare.
Salah satu brand skincare terbesar di Indonesia, Scarlett, menggemparkan warga Indonesia dan para fans K-Drama, yaitu dengan mengumumkan bahwa Song Joong-ki, aktor dari serial Descendant of The Sun menjadi BA Scarlett dan kemudian Scarlett juga mengumumkan bahwa Girlband asal Korea, Twice, juga menjadi BA Scarlett. Hal tersebut mendapatkan perhatian warganet Indonesia dengan mendapatkan trending dimana-mana. Akan tetapi, bukan mereka yang menjadi pertama satu-satunya BA produk lokal Indonesia, dari skincare, produk makanan, bahkan marketplace. Salah satu contohnya adalah BTS menjadi BA Tokopedia, Lee Min Ho menjadi BA Luwak White Koffie, Kim Seon Ho menjadi BA Everwhite, dan lainnya.
Dengan begitu, apakah dengan artis Korea Selatan menjadi BA skincare di Indonesia merupakan hal yang buruk? Karena dilihat dari berbagai sisi bahwa orang Korea dan orang Indonesia sangatlah berbeda. Kulit Indonesia lebih tipis dan lebih lembut daripada orang Korea. Kemudian, kulit orang Indonesia rentan berjerawat karena tinggal di negara tropis dengan tingkat kelembapan yang tinggi yang menyebabkan kulit orang Indonesia berminyak dan mudah berjerawat. Sedangkan kulit orang Korea, cenderung kombinasi karena terdapat pergantian 4 musim di negara Korea. Jadi, bagian kulit dahi hidung atau daerah T berminyak dan kulit daerah pelipis smapai dagu kering.
Sudah terlihat bahwa dari segi kulit orang Indonesia dan kulit orang Korea sangat berbeda. Akan tetapi, apabila dilihat dari sisi marketing, merupakah suatu hal yang sangat menguntungkan. Martin Roll, selaku pakar brand strategy untuk wilayah Asia menyebutkan bahwa fenomena Korean Wave sebagai soft power. Bagi Korea Selatan, ini adalah perpuatan uang fantasis dari K-Drama ataupun K-Pop. Dengan fenomena Korean Wave, hal ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Kemudian, David Aaker, pakar brand strategy dari Amerika Serikat menekankan bahwa sebuah bisnis harus mempunyai ekuitas merek yang akan berperan untuk memabntu pelanggan dala menafsirkan dan memproses informasi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ekuitas merek berperan dalam membentuk persepsi market terhadap suatu brand.
Hal ini bisa kita anggap masuk akal jika merek skincare lokal menggunakan artis Korea Selatan sebagai BA merek mereka. Karena artis Korea Selatan mempresentasikan kulit yang impian seluruh masyarakat Indonesia, yaitu putih, mulus, dan bersinar. Akan tetapi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kulit orang Indonesia sangatlah berbeda dengan artis Korea Selatan. Merek skincare lokal sangat memanfaatkan artis Korea Selatan sebagai BA produk mereka karena para penggemar sangat loyal kepada artisnya sampai mendukung mereka dengan cara apapun, salah satunya adalah membeli barang/hal yang berkaitan dengan idolanya.
Dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa adanya pro dan kontra mengenai penggunaan artis Korea Selatan sebagai BA skincare lokal. Semua hal tersebut hanya bagaimana kita melihat dari perspektif yang ingin kita lihat. Jika kita lihat dari perspektif perusahaan, maka hal ini sangatlah menguntungkan karena dapat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Akan tetapi, apabila kita lihat dari perspektif individu, maka penggunaan artis Korea Selatan sebagai BA skincare adalah suatu hal yang tidak logis dikarenakan alasan mengenai perbedaan kondisi kulit orang Korea Selatan dengan orang Indonesia karena wajah yang dimiliki oleh artis Korea Selatan sangat tidak mungkin didapatkan dengan mudah begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H