Lihat ke Halaman Asli

Ghifa Rizky

Digital Educator

Pak Aryo dan Becaknya Menjembatani Modernisasi dan Kearifan Lokal

Diperbarui: 28 Desember 2024   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Aryo, pengayuh becak tersenyum kepada kamera (Ghifari Jaya Rizky 2024)

Di tengah hiruk-pikuk Malioboro yang tak pernah sepi, ada seorang tukang becak yang membawa lebih dari sekadar penumpang. Namanya Pak Aryo, seorang pria paruh baya yang telah menjalani profesinya selama lebih dari dua dekade. Dengan senyumnya yang tulus dan kayuhan penuh semangat, Pak Aryo adalah sosok yang mencerminkan kehangatan dan jiwa Malioboro.

"Saya mulai narik becak di sini sejak tahun 90-an," ujar Pak Aryo sambil merapikan jok becaknya. Mengenakan rompinya yang bertuliskan "EKB Yogyakarta," ia tampak sangat bangga pada pekerjaannya.

Becaknya, yang telah menemaninya selama bertahun-tahun, bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol budaya yang terus ia rawat.

"Becak saya ini sudah seperti teman lama," katanya dengan senyum penuh arti. Ia menyadari bahwa menjadi tukang becak bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah cara untuk menjaga tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Becak Pak Aryo bukan sekadar sarana untuk mencapai tujuan. Setiap penumpang yang naik becaknya diajak merasakan pengalaman otentik Malioboro, lengkap dengan cerita-cerita sejarah dan sudut-sudut tersembunyi yang tak banyak diketahui orang.

"Kalau ada turis, saya ajak mereka ke tempat-tempat yang bagus untuk foto, sambil saya ceritakan sejarahnya," ucapnya penuh antusiasme.

Pak Aryo bukan hanya tukang becak; ia juga pemandu wisata lokal yang selalu siap berbagi cerita. Ia memiliki kemampuan untuk membaca keinginan penumpangnya, apakah mereka mencari perjalanan yang santai, berburu kuliner lokal, atau sekadar menikmati suasana Malioboro.

Namun, zaman telah berubah. Kehadiran transportasi online seperti Gojek dan Grab membuat becak tidak lagi menjadi moda transportasi utama.

Kini, banyak wisatawan memilih becak untuk pengalaman budaya, bukan sekadar kepraktisan. Bagi Pak Aryo, perubahan ini adalah tantangan sekaligus peluang.

"Rezeki itu sudah ada yang mengatur. Yang penting kita tetap berusaha," katanya dengan keyakinan yang kokoh. Ia percaya bahwa selama ia bekerja dengan hati, selalu ada cara untuk bertahan. Meskipun penghasilannya tidak sebesar dulu, semangat Pak Aryo tetap membara. Ia bahkan mulai memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan becaknya, memanfaatkan kesempatan dari wisatawan yang suka berbagi pengalaman mereka secara online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline