Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Limbah Baterai

Diperbarui: 16 April 2018   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: biophysics.sbg.ac.at

Baterai merupakan salah satu sumber energi yang sering digunakan untuk menyalakan alat-alat elektronik berdaya rendah, seperti remote control, jam dinding, senter dan lain sebagainya. Penggunaan baterai sangatlah luas. Namun, baterai juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang serius jika tidak ditangani dengan tepat. Pada baterai yang dibuang sembarangan, logam-logam berat yang ada di dalamnya akan mengkontaminasi tanah dan air di sekitarnya.

Secara umum, baterai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu baterai primer dan baterai sekunder. Perbedaannya adalah, baterai primer bersifat sekali pakai sedangkan baterai sekunder bersifat "rechargeable" atau dapat diisi ulang. Baterai dapat dibuat dengan berbagai tipe, seperti alkaline, carbon-zinc, oksida perak, oksida merkuri dan nikel-cadmium. Baterai-baterai tersebut mengandung logam berat yang berbeda. 

Namun, komponen-komponen dan prinsip kerjanya masih bersifat sama, yaitu katoda, anoda, elektrolit dan casing. Anoda atau elektroda negative akan memberikan electron kepada larutan elektrolit. Biasanya, anoda yang digunakan berupa zinc, cadmium atau litihium. Lalu, electron tersebut ditangkap oleh katoda yang berupa logam oksida. Dengan adanya pergerakan electron tersebut, arus listrik DC akan dihasilkan. 

Merkuri, cadmium, timbal, litihium, nikel dan zinc yang ada di dalam baterai merupakan logam-logam berat yang meracuni dan mencemari lingkungan. Pada akhirnya, pencemaran tersebut akan membahayakan kesehatan masyarakat. 

Sebagai contoh, kromium dapat menyebabkan iritasi kulit, ulserasi, kerusakan ginjal dan kerusakan saraf. Keracunan merkuri dapat menyebabkan tremor, gingivitis, gangguan psikologis ringan dan malforasi kongenital. Cadmium dapat menyebabkan disfungsi ginjal, defek tulang serta obstruktif dan kanker paru-paru. 

Seiring berkembangnya produk-produk portable, kebutuhan baterai meningkat secara signifikan. Setiap tahun, konsumen membuang miliaran baterai yang mengandung bahan beracun dan korosif. Sebagai contoh, jumlah nickel-cadmium hanya 0.0005% dari jumlah sampah keseluruhan di Amerika. Namun, jumlah tersebut sudah menyumbang 54% terhadap jumlah cadmium yang ada di lingkungan. Artinya, peningkatan cadmium di lingkungan sangat dipengaruhi oleh limbah baterai. 

Untuk mencegah pencemaran baterai, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, limbah baterai harus dibuang pada tempat tertentu. Pemerintah diharapkan mampu membuat tempat pembuangan limbah baterai dan masyrakat diharapkan mampu bekerja sama untuk tidak membuang baterai sembarangan. 

Kedua, baterai tersebut diddaur ulang. Hal ini sudah dilakukan di beberapa Negara maju, seperti Jepang, Perancis dan Sweden. Ketiga, dianjurkan membeli baterai yang bersifar rechargeable. Hal ini bertujuan untuk menekan jumlah limbah baterai yang akan lebih banyak jika menggunakan baterai  dengan tipe sekali pakai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline