Pada artikel sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa di dalam dialog terdapat text dan subtext. Subtext mewakili makna tersirat atau makna yang tak terucap dari kata-kata, serta tindakan dalam sebuah cerita. Subtext tidak wajib ada dalam sebuah dialog, namun subtext memberikan bobot dalam sebuah dialog. Sementara itu, David Mamet berpendapat bahwa dalam dialog wajib untuk memiliki menjawab tiga pertanyaan ini, yaitu "siapa yang ingin dari siapa", "apa yang terjadi jika mereka tidak mendapatkannya", "mengapa sekarang". Dalam artikel ini saya akan memberikan contoh dialog dari novel Real Face karya Chinen Mikito.
Alasan saya mengambil contoh dari novel ini salah satunya karena penulis novel ini, yaitu Chinen Mikito telah mendapatkan berbagai penghargaan sebagai penulis sehingga tidak diragukan lagi hasil tulisannya. Saya tidak meminta Anda untuk meraih penghargaan setelah mengetahui cara penulisan dialog yang benar. Namun, artikel ini diharapkan dapat membantu Anda menulis dialog dengan subtext.
Pada halaman 19-26, kita diperlihatkan di kebanyakan percakapan antara Hiiragi dan Asuka, lalu dilanjut dengan percakapan dengan Sanae. Dalam percakapan tersebut Asuka yang telah diajak berkeliling oleh Sanae di klinik kecantikan tersebut ditanyai pendapatnya oleh Hiiragi. Pada halaman 23, kita diberitahu oleh penulis bahwa Hiiragi ingin pamer kepada Asuka melalui pendapat Asuka di dalam pikirannya. Keinginan Hiiragi ini tidak secara langsung dijelaskan melalui kata-kata dalam dialog percakapan langsung, namun hal ini disimpulkan oleh Asuka sebagai tokoh protagonis. Pendapat tersebut lantas diwujudkan dalam tulisan untuk memperjelas situasi oleh penulis melalui batin Asuka.
Kita juga melihat secara langsung pada halaman 19, dimana Asuka menjawab seolah itu hal yang biasa dan tentu saja komentar tersebut membuat Hiiragi naik darah. Namun, Asuka segera memotong ucapan Hiiragi untuk mengakui kehebatan fasilitas klinik kecantikannya. Tapi mengapa percakapan ini harus terjadi sekarang? Meskipun pada beberapa halaman sebelumnya kita sudah tahu mengenai peringai Hiiragi, dialog ini penting karena dialog ini akan mengarahkan alur ke adegan berikutnya. Pada halaman 26-27, kita diperlihatkan Asuka yang bersikeras ingin mengikuti kegiatan konsultasi pasien. Sementara itu, Sanae memberitahukan bahwa orang yang berkonsultasi tersebut ingin merubah wajah istrinya (sekarang) menjadi wajah mantan istrinya. Semua dialog tersebut terjadi tepat sebelum adegan konsultasi sehingga dapat dikatakan bahwa dialog ini penting untuk terjadi sekarang karena dialog ini memiliki kekuatan untuk menggerakkan alur cerita. Tak hanya itu, dialog ini memperlihatkan hubungan Asuka dan Hiiragi yang sudah berkembang menjadi rekan kerja.
Contoh selanjutnya saya ambil dari halaman 27-35. Pada adegan ini berlangsung kegiatan konsultasi dari pihak Nikaido dengan pihak klinik kecantikan. Nikaido ingin merubah wajah istrinya yang sekarang menjadi wajah mantan istrinya tidak peduli berapa uang yang harus dibayarnya. Karena Hiiragi tidak membuat keputusan yang jelas, Nikaido sebenarnya bisa pulang dan mencari dokter yang mau menerima tawarannya. Akan tetapi, Hiiragi menegaskan bahwa tidak ada orang yang lebih hebat darinya sehingga perbuatan itu sia-sia. Hiiragi tidak segera membuat keputusan yang jelas karena dia memerlukan motivasi yang kuat untuk melakukan operasi wajah tersebut. Asuka juga sempat marah karena baik Hiiragi dan Nikaido tidak menanyakan bagaimana pendapat Rina, wanita yang wajahnya akan dirubah itu. Dialog ini lantas akan menggerakkan alur ke adegan berikutnya dimana Hiiragi, Sanae, dan Asuka sedang dalam perjalanan menuju kediaman Nikaido. Di sisi lain, dalam dialog ini menunjukkan subtext dimana Nikaido tidak mau menjelaskan alasan dibalik konsultasi tersebut. Dialog itu memberikan kedalaman lantaran adanya makna tersembunyi dari Nikaido dalam permintaan operasi tersebut yang akan dijelaskan pada adegan-adegan berikutnya.
Dialog dalam adegan-adegan diatas menunjukkan kesinambungan dan menjadi penting karena mampu menggerakkan alur tanpa membuang-buang waktu untuk adegan yang tidak berkontribusi pada perkembangan cerita. Masing-masing tokoh baik Asuka, Hiiragi, Sanae, bahkan Nikaido dan Rina berkontribusi untuk membuat alur bergerak maju alih-alih diam. Asuka sebagai protagonis juga tidak tinggal diam menunggu situasi berubah, yang mana hal ini dapat dijadikan pedoman sebagai tokoh protagonis yang aktif.
Jadi, bagaimana? Sudah siap untuk menulis dialog pertamamu?
Daftar Pustaka
Mikito, Chinen. (2022). "Real Face". Ponorogo: Penerbit Haru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H