Sewaktu nonton film atau membaca novel, kita sudah tahu betul genre apa yang kita tonton waktu memperhatikan apa yang dilakukan protagonis sepanjang cerita. Dan kita juga tahu apa saja yang akan terjadi di dalam cerita dengan suatu genre. Atau mudahnya mungkin kita juga tahu genre karena memang sudah diberitahukan di awal bahwa cerita yang akan kita tonton atau buku yang akan kita baca genrenya memakai genre tertentu. Oleh karena itu, kita pastinya tahu secara bawah sadar beberapa genre seperti romance, thriller, misteri kriminal, slice of life, science fiction, horor, action, dan genre-genre lain hanya dengan menikmati ceritanya.
Jadi apa gunanya artikel ini? Saya menulis artikel dengan seri tentang aturan tidak tertulis dan adegan wajib ini semata-mata untuk memberikan sedikit wawasan terutama bagi kalian yang akan mulai menulis cerita tapi benar-benar tidak tahu atau tahu tapi tidak secara eksplisit bahwa sebenarnya memang ada elemen-elemen yang membedakan satu genre dengan genre yang lainnya dan elemen-elemen inilah yang wajib ada dalam genre tersebut. Bila tidak demikian, mengapa misteri disebut misteri jika tidak ada rahasia apapun di dalam cerita? Mengapa genre action disebut action, jika hero tidak berbuat banyak di dalam cerita? Atau mengapa genre romance harus punya karakter yang memiliki keterikatan dengan karakter lain secara romantis?
Saya akan membagi artikel ini berdasarkan pada jenis-jenis genre dalam genre konten eksternal yang dikemukakan oleh Shawn Coyne. Buat pembaca baru, Shawn Coyne adalah seorang yang menulis buku tentang Story Grid, salah satu metode editing yang dapat kamu gunakan untuk mengedit novel. Meskipun saya menyebutkan secara tidak lansgung bahwa masing-masing genre berdiri sendiri, pada dasarnya sebuah cerita bisa memuat lebih dari satu genre. Jadi manfaatkan dengan baik elemen-elemen dari masing-masing genre untuk menghasilkan ide baru yang menarik.
Untuk kali ini, saya akan membahas tentang Genre Action atau genre aksi.
Dalam bukunya "The Story Grid", Shawn mengatakan bahwa objek keinginan protagonis (Want) telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pilihan genre konten eksternal. Saya juga pernah menulis artikel tentang sebaiknya kamu menyerahkan jenis genre pada keinginan protagonismu. Hal ini penting karena genre pada dasarnya baru bisa disebut setelah protagonismu menunjukkan apa yang telah dia lakukan sepanjang cerita, lalu kita bisa menyebutkan genre tertentu berdasarkan tindakannya (bukan sebaliknya). Bayangkan saja, ketika kamu menulis sebuah novel dan menawarkannya kepada temanmu. Temanmu bertanya tentang apa genre di dalamnya, dan kamu menyebut genrenya action misalnya. Tapi, setelah temanmu membacanya, dia tidak menemukan apa yang "action" di dalamnya. Lalu, temanmu lantas bertanya, "kamu yakin genrenya action?" Tapi, apa action yang dia maksud sebenarnya?.
Di sinilah aturan dan adegan wajib berperan. Tak hanya itu, dua hal ini pula yang membedakan satu genre dengan genre lain. Dalam genre aksi, terdapat nilai inti yang dipertaruhkan dalam cerita, yaitu nilai tentang hidup atau mati. Emosi utama yang ada dalam cerita dengan genre ini memerlukan emosi kegembiraan di dalam ceritanya dan adegan penting, seperti Hero at the Mercy of The Villian. Namun, hal yang paling perlu diingat dalam genre action/ genre aksi ini adalah elemen kunci dimana penjahat/ antagonis/ villian adalah kekuatan pendorongnya.
Dalam genre action atau genre aksi, terdapat beberapa perangkat plot yang dapat digunakan dengan mudah untuk membuat cerita bergerak. Shawn membagi genre action / genre aksi menjadi 4 subgenre dan masing-masing genre memiliki plot masing-masing:
1.) Action Clock/ Protagonis Melawan Waktu
- Plot Hitung Mundur
Sebuah batas waktu yang diberlakukan oleh keadaan.
- Plot Takdir
Plot ini menjadikan waktu sebagai antagonisnya.
- Plot Tebusan
Plot ini tentang batas waktu yang diberlakukan oleh antagonis.
- Plot HoldOut
Plot dimana protagonis harus bertahan sampai yang lain dapat berkumpul.
2.) Action Duel/ Protagonis Melawan Karakter Lain
- Plot Balas Dendam
Dimana protagonis mengejar antagonis
- Plot Dikejar
Antagonis mengejar protagonis.
- Plot Machiavellian
Protagonis memicu dua antagonis untuk melawan satu sama lain.
- Plot Benturan
Antagonis membuat dua protagonis melawan satu sama lain.
3.) Action Epic/ Protagonis Melawan Institusi Sosial/ Tiran
- Plot Pemberontakan
Protagonis diadu melawan tiran yang terlihat seperti Darth Vader dari Star Wars
- Plot Konspirasi
Protagonis melawan tiran yang tak terlihat.
- Plot Vigilante
Protagonis melawan organisasi kriminal.
- Plot Penyelamat
Protagonis melawan seseorang yang ingin menghancurkan masyarakat
4.) Action Adventure/ Protagonis Melawan Alam
Action Adventer seperti namanya aksi petualangan menggunakan dunia alami atau latar tertentu sebagai penjahat atau kekuatan konflik.
- Plot Labirin
Objek keinginan (Want) adalah untuk menyelamatkan korban dan keluar dari bangunan seperti labirin.
- Plot Monster
Antagonisnya adalah binatang.
- Plot Lingkungan
Antagonisnya adalah pengaturan dunia yang sebenarnya.
- Plot Akhir Dunia
Korban adalah lingkungan. Protagonis harus menyelamatkan lingkungan dari bencana.
Kalian dapat memainkan plot yang sudah ada atau juga menggabungkannya dengan plot-plot lainnya. Serta, hal yang paling penting dari semuanya adalah tidak ada cerita yang benar-benar original. Percaya atau tidak, cerita yang kamu sebut orginal sekalipun pasti gabungan dari dua atau lebih dari plot yang sudah ada. Jadi, jangan takut untuk mengeksplorasi idemu untuk menulis. Semoga artikel ini bisa membantu. Sampai jumpa di bagian lainnya. Terimakasih.
Daftar Pustaka
Coyne, Shawn. (2015). The Story Grid. New York: Black Irish Entertainment.