Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bingung Memilih Genre Cerita! Serahkan pada Keinginan Tokoh Utama-mu!

Diperbarui: 13 November 2023   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://theglorioblog.files.wordpress.com/2020/09/genmcorp-kamen-rider-saber-03-a3e053c0.mkv_snapshot_07.24.444.jpgsumber gambar

Dalam cerita apapun, cerita mungkin akan digerakkan oleh plot ataupun oleh karakter itu sendiri. Tapi sebenarnya keduanya tidak memiliki arti apapun. Dalam bukunya "The Story Grid", Shawn Coyne mengemukakan konsep genre konten eksternal. Genre konten eksternal secara sederhana adalah genre-genre yang sudah kamu kenal, seperti genre action, genre misteri, genre thriller, genre horor, genre romantis, dan lain-lain.

Kalau kamu penasaran soal apa itu Story Grid, saya mengutip dari website storygrid.com,

"Story Grid, an editing method developed by me, Shawn Coyne. I've been in the publishing industry for thirty years now, twenty-five of which were spent working as an editor at the Big Five publishing houses, as an independent publisher, as a literary agent both at a major Hollywood talent agency and as the head of Genre Management Inc."

Jadi, Story Grid itu semacam teknik editing yang dikembang oleh Shawn Coyne. Shawn Coyne adalah seorang yang sudah bekerja di industri penerbitan selama 30 tahun. Kamu bisa membaca banyak hal tentang Story Grid di storygrid.com.

Genre konten eksternal sebenarnya memiliki keterkaitan dengan konsep Want dan Need. Tapi, apa itu Want dan Need? Aku pakai istilah dari bahasa Inggris untuk membedakannya dengan kata-kata di dalam bahasa Indonesia agar mudah untuk penyebutannya.  Want adalah objek keinginan yang dimiliki oleh protagonis kita. Sementara, Need itu adalah objek kebutuhan bawah sadar yang dimiliki oleh protagonis.

Kenapa aku ngga menyebutnya sebagai benda yang harus dipenuhi/ dicapai oleh protagonis kita? Sederhananya, Want dan Need ini akan mempengaruhi bagaimana cerita yang kita buat ini akan berakhir. 

Oleh karena itu, manapun yang dicapai dan/atau yang nggak dicapai oleh protagonis kita akan memberikan output yang berbeda pula. Kalau kamu ingin tahu lebih dalam tentang pengaruhnya kepada ending cerita, kamu bisa baca tulisanku dengan judul 4 Cara Mengakhiri Sebuah Kisah Fiksi.

Meskipun aku bilang kalau Want atau Need ataupun keduanya ngga harus dicapai, bukan berarti protagonis kita ngga punya keduanya, ya! Sebagai manusia pun kita pasti punya yang namanya keinginan dan kebutuhan. Dan please jangan pakai kutipan "keinginan tidak harus dipenuhi, karena kebutuhan jauh lebih penting" sebagai konsep yang tidak bisa dirubah waktu kamu membaca artikel ini. 

Percayalah, konsep ini cukup membingungkan kalau kamu mengkaitkannya dengan penulisan cerita. Aku nggak bilang bahwa ending harus berakhir dengan Want yang tidak tercapai dan Need yang tercapai a.k.a Bittersweet Ending. Semua itu terserah kepada pilihanmu sebagai penulis, tapi terbuka terhadap pilihan yang ada itu bagus..

Tanpa kamu sadari, sebenarnya Want ini juga ikut menyumbang bagaimana ceritamu akan berjalan sesuai dengan genre apa yang ada di dalam cerita. Coyne (2015)  menyebutkan bahwa penulis perlu mengetahui dan memahami persyaratan cerita dalam genre tertentu secara sadar dan disengaja. Oleh karena itu, Want sebagai objek keinginan yang dimiliki seorang protagonis di awal cerita akan ditentukan sebelumnya berdasarkan pada genre konten eksternal yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline