Lihat ke Halaman Asli

Orang itu Ngomongin Aku

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, aku belajar dari seorang teman yang menangis tersedu-sedan di ruang wanita, saat itu aku sedang membaca Al Quran setelah sholat Dhuha. Kusudahi bacaanku, kemudian aku mendekatinya. Hanya ada aku, teman yang menangis dan satu orang lagi yang juga datang bersama teman itu. Bukan bermaksud mau ikut campur, tapi teman yang datang bersamanya justru menenggang jarak saat duduk di karpet, aku pun semakin memperpendek jarak dudukku. Tanpa ada maksud apa-apa, aku hanya merasa tidak bisa melihat perempuan yang menangis, aku hanya ingin menunjukkan simpatiku, aku hanya ingin menunjukkan bahwa dalam kesedihannya, aku siap menjadi temannya berbagi, meskipun aku tidak tahu sebab musabab tangisan itu meledak.

Aku pun hanya mendengarkan semua uneg-uneg yang dikeluarkan di sela-sela tangisnya itu, sambil sesekali kupegang tubuhnya, sekedar untuk memberinya kekuatan, meskipun mungkin tak seberapa, tapi setidaknya dia tidak merasa sendirian menghadapi masalahnya itu. Dia memang jauh lebih tua daripada aku, kalau tidak salah selisih usia kami 11 tahun, tapi masalah tidak memandang usia bukan... Dan penghiburan pun tidak hanya dibutuhkan oleh usia tertentu. Siapa saja yang dirundung masalah, pasti butuh penghiburan. Begitu aku berkeyakinan.

Hari ini, aku belajar tentang makna apresiasi terhadap sebuah karya. Aku belajar, tentang arti penilaian orang lain terhadap karya kita. Aku belajar juga, bahwa ada orang yang suka ngomongin kita karena adanya karya kita, hohoho... Aku suka yang terakhir itu...

Ya, ya, ya... Aku pernah menjadi bahan omongan di kantor karena seringnya para Bos-ku mengajakku dinas luar, padahal aku masih tergolong yunior, sangat yunior. Tapi mungkin ada hal lain yang dilihat para Bos-ku terhadap kemampuanku, yang orang lain - terutama orang-orang yang sering ngomongin aku itu - tidak melihat kemampuan itu. Karena dinas luar identik dengan dapat uang perjalanan, artinya, ada tambahan pendapatan yang bisa berkali lipat dari gaji seorang PNS golongan III-a. Begitulah mungkin yang menjadi biang keladi dari omongan-omongan tentang aku.

Aku, waktu itu, bahkan sejak dulu dan sampai sekarang pun, tidak terpengaruh oleh adanya omongan orang-orang itu. Memang aku mengetahuinya, ya, aku tahu ada orang-orang yang ngomongin aku, tapi bagiku, it's not a big deal. Dan aku pun tidak berminat sama sekali untuk tahu tentang substansi dari omongan itu, whatever they say...

Bagiku, hablumminannas  adalah saling mengagumi kelebihan, mengakui kelebihan dan belajar dari kelebihan orang lain. Tidak perlu menonjolkan kelebihan diri sendiri. Hablumminannas adalah tidak menilai orang lain, karena yang maha menilai hanya Sang Pemberi Ruh Kehidupan,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline