Yihaaa… alhamdulillah… Tangan Allah telah bekerja untukku. Setelah harus bersabar dan iklhas menunggu visa jadi, hingga akhirnya visa kuterima di hari Jumat, 4 July 2014 pukul 4.30pm di VFS… Jumat itu adalah jadwal menjemput ibu mertua yang balik ke Indoneisa setelah kurleb 3 tahunan di New York menemani kakak iparku. Oh iya, mundur sedikit ke hari Kamis, 3 July 2014. Setelah hari Rabu sebelumnya aku tak membawa hasil pulang dari VFS hingga malam, maka di hari Kamis itu aku benar-benar sudah memasrahkan pada Allah. Aku tanamkan keyakinanku bahwa Allah tidak tidur, Allah akan menunjukkan jalanNya padaku, aku hanya perlu percaya dan yakin dan berserah diri padaNya. Kamis pun berlalu tanpa informasi dari VFS, hingga Jumat pagi kabar gembira ttg visaku juga belum kuterima, malah Jumat pagi itu ada telpon dari VFS yang memberitahu bahwa sampai pagi itu belum ada visa atas nama aku yang diterima VFS. Ya sudahlah, harus bersabar lagi, begitu batinku. Maka, kami bertiga pun berangkat ke airport. Ayah, bunda dan Dkia.
Singkat cerita, di perjalanan pulang ke Bogor, posisi waktu itu masih di tol Sedyatmo, ada telpon dari VFS, girang bukan kepalang, kami berencana langsung mengambil visa tersebut, dan jam 4.30pm Jumat, 4 July 2014, visa itu kuterima di tanganku. Berdua dengan Kia, aku mengambil ke kantor VFS, sedangkan ayah menemani ibunya di foodcourt. Sementara email pemberitahuan dari UKVI baru kuterima sekitar jam 4pm, alhamdulillah, dimudahkan dengan adanya telpon dari VFS. Maka, sore itu juga aku mnginfo Bu Nur dan teman-teman kantor. Berharap Senin masih bisa mengurus urusan di Litbang (tiket, sangu, dll), dan Senin malamnya berangkat. Tapi ternyata itu hanyalah rencana di atas tanganku. Yang terjadi adalah yang terbaik, rencanaNya…
Senin, 7 July 2014, pagi hari aku berkeliling ruangan ke ruangan di kantor untuk say goodbye dan minta maaf serta mohon doanya. Sampai menguras airmataku, terutama sama Bu Maesti yang sudah sangat banyak membantuku, mba Tina dan Bu Erfa, mba Enti, Bu Retno yang terlihat kehilangan sumberdaya potensial di bidang KSPHP… Bahkan ibu-ibu itu juga memberiku tambahan sangu dalam amplop masing-masing. Terima kasih Buibu, semoga dibalas Allah dengan kebaikan berkali lipat, amin… Senin siang aku di Litbang, menyelesaikan semua urusan administrasi dan juga sekaligus koordinasi dengan University tentang kedatanganku yang sudah melewati batas latest date of commencement of study. Waktu itu tiket sudah siap, hanya saja aku minta jangan diissued dulu aku terus keep informed dengan Bu Arini. Sampai urusanku selesai di Litbang, belum ada info konfirmasi dari University. Sampai aku telpon ke bagian visa, ULC dan Christopher saat di perjalanan (di mobil kantor, difasilitasi sama tim KRL), dan di rumah (telpon Christopher). Dan jawaban yang kuperoleh di Senin malam itu adalah aku harus menunggu email konfirmasi. Maka, sambil tetap menyiapkan skenario berangkat Senin malam, aku, ayah, Kia, sudah siap, kemudian ada email yang menyatakan bahwa aku tidak dapat ikut kelas karena datangya telat dari latest date tgl 7 July (hari itu) dan visaku sudah invalid. Kemudian aku balas email itu dengan menyatakan bahwa di visa tertulis valid from 3 July 2014 until 30 January 2016, masa dibilang sudah invalid. Lama tak ada email jawaban. Dan aku pun tertidur bersama Kia dan ayah, mungkin juga karena saking capeknya menunggu kepastian dan persiapan berangkat yang belum pasti.
Selasa, 8 July 2014. Menjelang sahur, ada email yang menyatakan bahwa Univ tidak dapat menerimaku karena telat terlalu lama (8 hari). Aku menenangkan diri setelah baca email itu. Artinya, aku mungkin saja tidak akan berangkat ke UK. Aku harus mengurus pengembalian uang yang sudah kuterima. Aku akan menghadapi beribu-ribu pertanyaan setiap harinya dengan kata “mengapa” “kok bisa”. Aku pasti akan menerima banyak sekali simpati dan empati atas kejadian itu jika aku tidak jadi berangkat sekolah tahun ini. Pilihannya hanya 2: deferring next year or taking 5 weeks preses. Aku diskusi singkat dengan Bu Nur, dan diputuskan yang penting berangkat dulu saja, maka aku reply dan bilang akan mengambil pilihan kedua. Tak lama, ada telpon dari Univ, yang menyatakan bahwa dia (Nula) akan berusaha membantuku untuk tetap berangkat meskipun telat ikut 10 weeks preses. Alhamdulillaaaah… Sekali lagi, tangan Allah bekerja untukku. Aku pun membalasnya dengan suka cita dan semoga usahanya berhasil. Akhirnya, School (SEED) mengemail bahwa aku diperbolehkan ikut preses 10 weeks meskipun telat 9 hari, tapi aku harus tes IELTS di akhir course. Tak mengapa.. Ini lah cara Allah menunjukkan kemampuanku. Agar aku menyiapkannya dengan baik dan berikhtiyar semaksimal mungkin. Inilah cara Allah menunjukkan sayang dan perhatiannya padaku. Dia menempaku melalui jalan ini. Alhamdulillah… Fabiayyiaalaairobbikumaatukadzibaan… Dan begitulah, Selasa malam itu begitu berkah, di hari ke-9 Ramadhan keberkahan di 10 hari pertama sangat kurasakan.
Rabu, 9 July 2014, adalah hari PEMILU Presiden. Aku dan ayah tidak ikut nyoblos karena KTP kami masih Blitar. Maka, kami pun memanfaatkan waktu untuk ke rumah Kia, dan lanjut hunting barang-barang yang masih kuperlukan. Alhamdulillaaaah… ini rupanya bagian dari rencanaNya. Aku masih bisa menengok rumah kami, merasakan hawanya dan menikmati udaranya. Aku masih bisa berpuasa dan berbuka dan bersahur bersama suamiku. Sungguh, nikmat Allah mana lagi yang harus kudustakan.
Rabu ba’da buka, di tengah guyuran hujan deras sepanjang Bogor-masuk Jakarta, aku diantar Kia, ayah dan eyangnya Kia ke airport. Hatiku kukuatkan dengan dzikir, sebentar lagi waktu perpisahan itu tiba. Aku tidak akan bisa lagi memeluk anakku, amanahNya, aku tidak akan bersama lagi makan sahur dan buka sama ayah dan ibu mertua. Ah semakin kupikirkan begitu, semakin lemah aku dibuatnya. Maka, dzikir adalah obat penguatnya.
Dan detik-detik itu pun berjalan. Kia pules dalam pangkuanku sejak di mobil. Di airport setelah aku cek in, Kia masih pules. Kami berusaha membangunkan supaya dia tidak merasa kehilangan saat aku berangkat tapi dia tidak melihatku. Hanya sempat membuka mata dengan berat dan melihatku menangis sambil menciuminya, Kia berkata: Ibu jangan nangis Bu… Gimana hatiku, hati seorang Ibu jika anaknya berkata demikian. Subhanallah.. Alhamdulillah.. Terima kasih ya Allah, Kau berikan hati yang kuat dan tegar pada anakku… Inilah penyemangat terbesarku melangkah berjuang mencari ilmuMu… Bismillah… Dan, aku pun terbang…
Tangis itu kupendam… Sedih itu kutahan… Ini adalah jalanNya untuk-ku… Aku harus mengambil kesempatan ini… Demi Kia, demi ayah, demi kami semua, keluargaku, keluarga ayah dan teman-teman semua… Bismillah… Nawaitu…. Ya Allah permudahlah dan jangan persulit langkahku…
Dan, Kamis, 10 July 2014, jam 1.15 pesawat Qatar mendarat di MAN. Jam 3pm aku cek in di HH. Istirahat total sampai Jumat pagi.
Jumat, 11 July 2014, aku mengawali km nol-ku di University of Manchester, UK. Belajar naik bis, beli kartu langganan bis, masuk kelas, bikin kartu student di Student Sercive Centre, belanja buah dan air minum… Ada baiknya cerita tentang hari I di University of Manchester menjadi note tersendiri...
Sabtu, 12 July 2014 @Hartley Hall of Residence, Manchester, UK
UK time: 6.31am (aku terbangun sejak jam 00.15am, masih jetlag rupanya, jam segitu kan pagi hari di Indonesia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H