Lihat ke Halaman Asli

Omori dan Perjalanan Mengembara Fugue Disosiatif

Diperbarui: 23 Oktober 2023   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omori (catharsisofsoul.medium.com)

Pengalaman traumatis yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda. Mulai dari PTSD, depresi, gangguan cemas hingga fugue disosiatif. Gangguan disosiatif sendiri adalah kondisi yang melibatkan gangguan memori, kesadaran, identitas, ataupun persepsi. Orang dengan gangguan disosiatif menggunakan disosiasi sebagai mekanisme pertahanan, secara patologis dan tanpa sengaja.

Menurut DSM-V dari American Psychiatric Association, terdapat beberapa jenis gangguan disosiatif. Yang pertama adalah gangguan identitas disosiatif, yaitu pergantian dua atau lebih keadaan kepribadian yang berbeda. Dalam kasus ekstrim, kepribadian asli sang pribadi tidak menyadari adanya kepribadian lainnya. Kemudian ada amnesia disosiatif, yaitu hilangnya ingatan, khususnya ingatan episodik, yang biasanya sebagai reaksi terhadap peristiwa traumatis atau stres.

Selanjutnya gangguan depersonalisasi-derealisasi, yaitu periode pelepasan dari diri sendiri atau lingkungan sekitar. Dimana seseorang dapat merasa bahwa dirinya tidaklah nyata atau lingkungan sekitarnya tidaklah nyata. Adapun kategori gangguan disosiatif yang tidak ditentukan. Yang kemudian dibagi menjadi dua diagnosis: gangguan disosiatif spesifik lainnya dan gangguan disosiatif tidak spesifik. Kategori ini digunakan untuk bentuk disosiasi patologis yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria gangguan disosiatif lain yang ditentukan; atau jika kategori yang benar belum ditentukan; atau kelainan ini bersifat sementara.

Fugue disosiatif sendiri tadinya merupakan kategori gangguan disosiatif tersendiri, yang kemudian sekarang masuk kedalam kategori amnesia disosiatif. Istilah fugue sendiri berasal dari kata Latin yang berarti melarikan diri. Gangguan ini merupakan fenomena kejiwaan yang ditandai dengan amnesia reversibel terhadap identitas seseorang, termasuk ingatan, kepribadian, maupun karakteristik pengidentifikasi individualitas lainnya.

Sementara itu, menurut DSM-IV, fugue disosiatif ditandai dengan perjalanan tiba-tiba dan tak terduga jauh dari rumah atau tempat kerja biasa, disertai dengan ketidakmampuan mengingat masa lalu, kebingungan tentang identitas pribadi, atau asumsi bahwa dirinya merupakan identitas baru. Keadaan ini dapat berlangsung selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau lebih lama. Fugue disosiatif biasanya juga melibatkan perjalanan ke suatu tempat yang bahkan tidak diketahui oleh sang penderita atau pengembaraan yang tidak direncanakan.

Omori merupakan sebuah game yang dirilis pada tahun 2020 dan dikembangkan oleh studio game indie Omocat. Bercerita mengenai Sunny, seorang remaja hikikomori yang hidup di dunia yang diciptakan oleh dirinya sendiri yaitu 'Headspace' dan 'Faraway Town' dimana dirinya berperan sebagai sebuah identitas baru, yaitu 'Omori'. 

Kejadian dimana Sunny melupakan dirinya sendiri dan membuat identitas baru ini tak lain dan tak bukan dikarenakan adanya trauma yang tidak bisa dilupakan oleh dirinya. Dengan visual yang penuh dengan warna-warni cerah serta penggambaran karakter yang imut, kita tidak pernah menyangka bahwa cerita yang dibawakan oleh game ini bisa menjadi begitu dalam, dan trauma yang dialami Sunny pun tidak kalah kelam dari monster-monster yang akan ditemui oleh kelompok persahabatannya ini selama perjalanan dalam game.

Ketidaksengajaan yang melibatnya meninggalnya sang kakak tercinta, membuat Sunny pun tanpa disadari melindungi dirinya sendiri dengan cara meninggalkan identitas lamanya dan bangkit lagi sebagai Omori dan membuat seolah olah dirinya tinggal di dunia yang berbeda dengan dunianya saat ini. Visualisasi Omori yang lebih kecil dibanding usia sebetulnya Sunny pun mengisyaratkan bahwasanya Sunny tidak pernah lepas dari trauma yang dialaminya saat itu.

Tidak hanya menggambarkan fugue disosiatif, namun kejadian karakter-karakter lain dalam game ini pun sesungguhnya merepresentasikan five stages of grief atau lima tahapan ketika seseorang berduka. Sunny ada pada tahapan denial, dimana ia memutuskan untuk menjadi seorang hikikomori dan mengidap fugue disosiatif. 

Aubrey ada pada tahapan anger, dimana setelah kematian Mari, ia kerap menjauhkan diri dari orang lain dan kerap menjadi seorang pembangkang. Basil ada dalam tahapan bargaining, ia sedih akan kehilangan Mari, namun dalam saat yang sama ia pun kerap meyakinkan dirinya sendiri bahwa segalanya akan baik-baik saja, ia pun kerap menyalahkan dirinya sendiri, karena selain Sunny, hanya ialah yang tau apa yang sebenarnya terjadi pada Mari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline