Lihat ke Halaman Asli

Okaeri, Ketika Perjalanan Pulang ke Rumah Mengungkap Malapetaka

Diperbarui: 2 Mei 2021   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Okaeri (2019), Game psychological horror asal Jepang / steampowered.com

Tadaima~

Okaeri~

Jika kita tinggal di Jepang, hal utama yang harus kita ucapkan saat pulang ke rumah adalah 'Tadaima' atau 'I'm Home', dan keluarga yang ada di rumah akan menyambut dengan mengatakan 'Okaeri' atau 'Welcome'

Namun bagaimana bila kita tidak pernah mendengar kata 'Okaeri' tersebut? Bagaimana jika kita justru menemukan suatu hal yang mengerikan? Terinspirasi dari Omniverse film horror Jepang, Chilla's Art lewat Okaeri (2019) membuat sebuah game yang simple namun dapat membuat siapa saja yang memainkannya merasakan sebuah terror yang tak terbayangkan.

Melalui game ini, kita sebagai seorang pemain berperan sebagai anak SMP yang baru saja pindah ke rumah baru bersama ibunya. Tepat jam 6 sore, sang protagonis pun pulang ke rumah, namun bukannya sambutan hangat dan ucapan 'Okaeri' dari sang ibu, sang protagonis justru menemukan rahasia mengenai utang yang melilit keluarga dan keputusasaan sang ibu yang berujung dengan bunuh diri. 

Dengan berbekal plot yang sederhana tanpa adanya jumpscare ataupun terror dari hantu atau monster, Okaeri mampu membuat kita ikut merasakan mimpi buruk dan rasa putus asa yang terjadi kepada sang protagonis.

Tingkat kemiskinan di Jepang sendiri sebagai latar tempat dari game memang lebih rendah dibanding di Indonesia, namun bukan berarti kemiskinan tidak dapat dialami oleh negeri sakura tersebut. 

Menurut Organization for Economic Co-operation and Development, tingkat kemiskinan di Jepang pada tahun 2020 berada pada angka 15,7%, yang merujuk kepada kelompok orang dengan penghasilan lebih rendah dibanding rata-rata penghasilan populasi. 

Meskipun keadaan serta jumlah pasien COVID-19 di Jepang selama pandemi ini tidak sebesar di negara-negara lainnya serta pemerintah juga telah menyiapkan berbagai strategi agar angka kemiskinan tidak meningkat, namun rupanya keadaan pandemi tetap berpengaruh terhadap beberapa golongan.

Dari BBC, dikatakan bahwa selama pandemi, keadaan ekonomi di Jepang menyusut sebesar 4,8%. Sementara menurut thejakartapost, sekitar 40% pekerja berada dalam pekerjaan tidak tetap yang rentan dengan upah yang lebih rendah serta kontrak yang dapat diputus dengan mudah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline