Akses teknologi yang begitu kuat menjadi kemungkinan antara baik dan benar dalam internalisasi sebuah ide dan wacana pemikiran. Konstruk sosial yang berubah dan terbentuk lebih praktis mengakibatkan pragmatisme dalam berwacana dan berpihak.
Sucinya pengetahuan dan pengkambinghitaman sebuah wacana atau teori sering menjadi target incaran. Kebutuhan manusia yang mengarah kepada perihal yang praktis, mengakibatkan enggannya mengulas kepentingan yang berbau teoritik.
Mereka lebih percaya dan mengarah kepada perihal untuk mendapatkan suatu aset secara material. Tidak hanya itu, solusi ataupun masterpiece pemikiran sering dijadikan bahan olokan yang diklaim sama sekali tidak memiliki efek dalam merubah problem sosial.
Anti intelektual adalah sebuah problem apabila konsepsi pemikiran lebih mengarah kepada hal pragmatisme dan enggan membaca kondisi secara didaktik. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Tak hanya itu yang menjadi problem yang fatal adalah ketika hasil dari sebuah wacana, ataupun teori mengalami ujaran yang mengakibatkan anti terhadap intelektual. Teori harus ditentang dengan teori, ataupun wacana harus ditentang dengan wacana, bukan lagi ditentang dengan ujaran yang tanpa isi, atau bahkan pembredelan.
Interest terhadap ilmu pengetahuan menjadi tolak ukur penyebab terjadi anti intelektualitas. Apabila lokus ataupun fokus dalam kajian itu minim, maka bisa jadi mandeknya retorika dan eklektika pada sebuah konsepsi berfikir. Hal ini mempengaruhi sebuah efek terhadap terkucilnya pengetahuan.
Herbert Marcuse salah satu tokoh mazhab Frankfurt mempunyai sebuah manifest terhadap kapitalisme yang telah mengalami revolusi. One Dimensionalman adalah karya yang dibuat Marcuse untuk membaca kembali pengaruh kapitalisme terhadap kehidupan sosial.
Kapitalisme tidak lagi bergerak dalam kaitan determinisme ekonomi yang mengakibatkan menderitanya buruh dan proletariat lain karena akumulasi primitif yang terjadi. Akan tetapi kapitalisme sudah mengalami perkembangan untuk mempengaruhi dasar kesadaran seperti perilaku dan kebudayaan.
Teknologi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial menciptakan perubahan konstruk pemikiran dan mengarah kepada kepentingan yang lebih praktis, begitu juga kaitannya dengan pengetahuan. Dan yang menjadi lebih menarik ketia pemgang modal terkuat akan menggiring untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan.
Manusia akan menjadi monoton dalam corak sosial yang terjadi, bahkan ada beberapa yang akan mengalami peralihan secara mencolok untuk menuju seperti apa yang para pemodal konstruk. Marcuse memberikan rekomendasi untuk melakukan sebuah The Great Refusal untuk menentang repressive toleran yang diakibatkan oleh dominasi konstruk pemodal. Lalu apa kaitanya dengan anti intelektual?
Konstruk masyarakat akan ditekan dan cenderung suka terhadap perihal yang praktis. Minimnya lokus kajian dalam kampus ataupun luar kampus untuk memberikan suatu gagasan atau wacana menjadi sebuah kausalitas bagaimana brainwash terhadap modal materiil memberangkus nalar manusia.