Lihat ke Halaman Asli

M. Ghaniey Al Rasyid

Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Relevansi Gerakan Jalan

Diperbarui: 10 Maret 2020   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Detik.com

Gejayan sebagai pusat berkumpulnya mahasiswa di berbagai penjuru daerah di luar maupun dalam Yogyakarta, menjadi saksi bisu mahasiswa menyuarakan aspirasi terkait dengan isu Nasional sepert -RUU KPK dan Omnibuslaw. 

Gerakan jalan (Demonstrasi), tidak bisa dipandang sebelah mata, dikarenakan mempunyai impact yang terasa dan mampu membuat panas kuping para penguasa terkait kritikan pedas yang mereka lontarkan. Dan yang menarik mampu mengubur keinginan penguasa untuk menyetujui terkait dengan iuran BPJS yang dibebankan kepada masyarakat yang menyebabkan mereka malah tercekik. 

Pengadaan diskusi dan pengamatan secara taktis telah dilakukan untuk mengkaji segala bentuk regulasi yang nantinya akan diperuntukan kepada masyarakat. Tak pelak banyak peraturan yang kurang berpihak kepada masyarakat, toh malah berpihak kepada masyarakat yang bermodal alias para investor dan segala tetek bengeknya. 

 Gerakan Jalanan dan Reaksioner

Gerakan jalanan merupakan adanya bukti nalar kritis dan sense of belonging terhadap bangsa. Dengan adanya gerakan jalanan diartikan sebagai bentuk reaksisoner terhadap kecacatan dan tidak sehatnya kondisi sosial yang ada. Secara historis, gerakan jalanan sering terjadi di Indonesia -Peristiwa MALARI, TRITURA dan Demonstrasi menuju reformasi. Gerakan jalanan tersebut mempunyai dampak yang besar yang dapat merubah tatanan sosial. 

Reaksioner tidak jauh dengan nalar kritis seseorang dan kuatnya pengaruh intelktualisme. Peranan intelektual yang digunakan sebagai senjata dalam mengamati relitas sosial baru, dapat membawa perubahan yang gilang gemilang seperti yang pernah terjadi pada bulan Mei 1998, yang memaksa Orde Baru untuk gulung tikar.

Masyarakat yang berpihak kepada kenyamanan atau lebih kasarnya penjilat rezim, pasti akan ber-statement bahwa hal tersebut merupakan suatu tindakan kriminal dan mengganggu ketertiban umum. 

Jelas hal tersebut adalah bagian dari pasifisme, yang kurang begitu relevan untuk mengawal pemerintahan agar sesuai dan diperuntukan kepada rakyat. Orang-orang pasfisme akan lebih tertuju kepada nrimo ing pandum, walaupun kebijakan yang diberikan pemerintah mencekik mereka. Hal ini menjadi ladang subur bagi birokrat yang menciptakan perundang-undangan tertentu. 

Gerakan Rompi Kuning yang pernah terjadi di akhir November 2018 di daerah Paris yang mengkritik pemerintah Macron adalah salah satu bukti gerakan jalanan tidak memandang segmentasi dari kelas yang pernah dipaparkan wallerstein, akan tetapi dilihat dari kepentingan kolektif. Reaksioner sebagai bukti empiris yang sebelumnya dipantik dengan pengasahan rasionalis untuk memberikan cubitan untuk evaluasi bangsa.

Suatu langkah pasti

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline