Pemulangan eks -anggota ISIS menjadi topik hangat untuk diperbincangkan. Pasalnya banyak beredar celoteh yang tidak pro atas kebijakan pemerintah penolakan anggota eks ISIS yang masih dikatakan sebagai Rakyat Indonesia yang mengalami -penyimpangan, walaupun untuk keputusan dari pemerintah di sampaikan pada bulan Juni mendatang. Melemahnya kekuatan Islamic State Of Iran and Syria menjadi tonggak utama pemulangan para tahanan. Hal ini dikarenakan membludaknya basecamp para korban yang telah disediakan.
ISIS menjadi organisasi radikal yang menjembatani para bagundal yang membawa agama dari negara Syria dan Iran. Secara substansi mereka jauh dari yang namanya Agama, karena agama sendiri diambil dari bahasa sansekerta "A" yang berarti tidak dan "Gama" yang berarti kerusakan atau bisa diartikan sebagai anti kerusakan.
Namun Organisasi tersebut malah berbanding terbalik dari substansi yang semestinya ada. Kekerasan, Pemerkosaan adalah pakaian mereka yang telah membodohi para korban hingga ingin tobat dan kembali ke negara mereka masing-masing. Rasa tidak percaya dan gemas pastinya mulai muncul untuk menolak eks- Anggota ISIS yang mungkin akan tobat dan tidak mengulangi lagi -blunder mereka.
Vis a Vis Pamor Peradaban
Banyak celoteh yang mengatakan bahwa ISIS merupakan salah satu alat oleh negara adidaya untuk menghancurkan citra salah satu agama yang mengalami kenaikan pamor pada abad ke 21 ini melalui faktor kebudayaan.
Hal ini dibuktikan dengan gamblang dalam buku karangan Samuel Huntingtonn yang berjudul The Clash Of Civilization bahwa diabad ke 21 ini benturan yang terjadi tidak bersifat kepemilikan kenegaraan atau ideologi, akan tetapi melalui peradaban yang telah tertanam lama dan mengalami naik daun di abad ini oleh faktor ekonomi, politik, sosial Dsb.
Rasa gairah untuk menonjolkan peradaban merupakan bentuk sebagai pemaparan jati diri di mata global. tentunya hal ini membawa sejenis pemantik persaingan antar peradaban di seluruh dunia. Asia tengah, Asia Timur, Amerika dan Eropa merupakan salah satu lokasi spasial yang mempunyai peradaban dominan yang mempunyai nilai tersendiri dalam citra global.
Ketika Negara yang berada di lokasi berbeda dengan negara Adidaya mempunyai kemampuan yang lebih radikal dalam ilmu pengetahuan dan implementasinya, hal ini akan membawa salah satu pemantik baru lewat regulasi global yang secara tidak langsung memojokan pihak yang diakatakn negara ketiga yang sedang berkembang. Otomatis negara ini akan berjuang dan bergerak untuk bisa bersaing dengan negara barat dan bahkan melampauinya.
Banyak beberapa alat yang digunakan oleh barat untuk mengembargo negara-negara yang didoktrin berkembang agar tidak bisa melampaui keagungan dari peradaban barat yang lebih sering dikatakan superior. Hal ini tidak lain sebagai bentuka kepentingan yang lebih pada aspek hegemoni yang seluruh wilayah yang ada di dunia.
Iran dan china sebagai sebuah contoh, ketika mereka mampu membangun suatu militer yang kuat dan bahkan anggaran yang lebih besar dalam bidang militer yang digelontarkan China menyebabkan Negara barat khususnya Amerika iri dan memaparkan global -bahwa dunia sedang dalam keadaan genting. Secara tidak langsung negara berkembang harus menjadi kucing selamanya untuk selalu tunduk dan lembut terhadap barat.