Lihat ke Halaman Asli

M Ghalih AI 079

Mahasiswa/Semester 2/BPI/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Strategi Efektif Dakwah Online untuk Para Dai di Era Digital

Diperbarui: 18 Juni 2024   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.suara.com/tag/contoh-teks-ceramah

Oleh: Syamsul Yakin & Muhammad Galih Adhinul Ikhsan

Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak diragukan lagi bahwa para dai adalah bagian dari masyarakat online. Dalam hitungan detik, orang dapat dengan mudah berbagi pesan dakwah melalui berbagai platform media sosial, blog, wiki, forum, dan dunia maya yang disediakan dan dilayani oleh penyedia layanan internet. Sebagai anggota masyarakat online, para dai dapat berpartisipasi dalam perang narasi. Jika dulu para dai melakukan perang narasi dengan cara tatap muka, kini mereka bisa melakukannya secara virtual hanya dengan dua jempol.

Dalam dunia dakwah, "perang narasi" berarti kegiatan para dai online yang mengekspresikan ide dan gerakan untuk mendorong komunitas online mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Disebut "perang narasi" karena konten yang berlawanan begitu lazim di komunitas online. 

Ada beberapa saran, metode, trik, dan tips yang harus diikuti oleh para dai agar berhasil menyeru, mengajak, dan mempengaruhi komunitas online. Pertama, pengkhotbah harus mampu "mengaduk-aduk" perasaan orang-orang di internet, seperti kesedihan, kegembiraan, responsif, atau kemarahan.

Untuk membuat konten yang disampaikan menarik, video harus berdurasi kurang dari tiga menit dan memiliki resolusi dan aspek rasio yang disarankan oleh pakar komunikasi. Jika gambar (caption) membutuhkan teks singkat, gunakan bahasa baku. Ini adalah bagian dari keahlian multimedia yang paling tidak dipahami oleh seorang dai di seluruh dunia. Aspek teks dan gambar konten lainnya harus berbasis data dan penelitian. Karena dai dianggap memahami banyak hal, komunitas online akan memberinya penghormatan atau respect.

Kedua, masyarakat online yang menjadi subjek narasi dai mungkin berbeda dari mazhab dan manhaj Islam. Dengan kata lain, masyarakat online memiliki afiliasi politik dan ormas yang berbeda dalam konteks sosial-politik. Dengan demikian, teks dan gambar yang dibagikan harus inklusif, toleran, dan moderat. Dai saat ini moderat, pintar, toleran, dan inklusif, dan biasanya memiliki banyak pengikut atau follower (instagram dan tik tok), tweeps (twitter), subscriber (youtube), dan teman (facebook). Dai tidak boleh gabut menjadi anggota komunitas internet.

Ketiga, dai harus memiliki akun media sosial resmi seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, Twitter, dan lainnya. Dai harus memiliki kata sandi untuk menjaga keamanan semua akun tersebut. 

Keempat, berdakwah di internet membutuhkan tim yang terdiri dari para ahli teknologi informasi. Salah satu tugas tim ini adalah membuat sistem komputer, jaringan, dan aplikasi baru, seperti pengawasan, keamanan akun, dan pemeliharaan. 

Agar berhasil berdakwah di tengah masyarakat online yang cepat berubah dan berkembang, para da'i harus mengikuti beberapa saran berikut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline