Lihat ke Halaman Asli

ghaitsa rizky

Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ

Pilates dalam Perspektif Marxisme: Kelas Sosial, Legitimasi Standar Kecantikan, dan Kesadaran Palsu pada Masyarakat

Diperbarui: 10 Juni 2024   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya hidup sehat telah menjadi pilihan utama bagi banyak individu di era ini. Hal ini diperkuat oleh adanya kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi keberlangsungan hidup individu. Gaya hidup ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, tidur dengan waktu yang cukup, dan berolahraga. 

Di antara beragamnya pilihan gaya hidup sehat yang sedang tren, pilates telah menjadi salah satu pilihan yang diminati oleh banyak anak muda pada era ini. 

Pilates merupakan olahraga latihan fisik yang memiliki fokus pada rehabilitasi dan penguatan tubuh. Pilates ditemukan oleh Joseph Pilates sebagai hasil dari keinginannya untuk mengatasi penyakit yang dialaminya. 

Pilates berkembang mulai dari pengalaman pribadi Joseph Pilates hingga menjadi olahraga dan gaya hidup yang populer di seluruh dunia. Setelah bertemu dengan istrinya, mereka telah mendirikan studio pilates pertama di New York pada tahun 1926 dan telah berhasil menarik beberapa kalangan masyarakat seperti sosialita, atlet, pesenam, dan pemain sirkus (Isacowitz, 1995). 

Meskipun begitu, pilates tidak hanya dapat dikaji dari sudut pandang olahraga dan gaya hidup, namun juga dapat dikaji dari sudut pandang sosiologi kebudayaan. Dalam sosiologi kebudayaan, pilates merupakan salah satu produk kebudayaan yang di dalamnya terdapat kompleksitas dinamika hubungan pada masyarakat. 

Kompleksitas hubungan masyarakat di dalam pilates dapat dianalisis menggunakan salah satu perspektif sosiologi kebudayaan. Maka dari itu, penulisan artikel ini berusaha untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam mengenai hubungan antara individu, kelompok, masyarakat, dan unsur di dalam pilates menggunakan perspektif kebudayaan dari Karl Marx.

Kelas Sosial dan Ideologi Implisit dalam Pilates

Salah satu kompleksitas dinamika hubungan masyarakat di dalam pilates yaitu dengan terciptanya pembagian kelas sosial di dalam masyarakat. Dinamika ini tercermin dari hubungan antara owner studio pilates dan instruktur pilates, Marx menyebutnya sebagai hubungan produksi. 

Hubungan produksi merupakan pembagian kelas berdasarkan materialisme, yaitu ada kelas borjuis yang memiliki alat produksi dan ada kelas proletar yang merupakan kelas yang bekerja pada pemilik alat produksi dan modal (Abidin, 2003). 

Owner studio pilates dalam konteks ini merupakan pemilik modal atau kelas borjuis yang memiliki alat serta fasilitas pilates. Sedangkan instruktur pilates merupakan kelas proletar karena mereka berperan sebagai penyedia tenaga kerja yang bekerja tepat di bawah kelas borjuis atau dalam konteks ini owner pilates. 

Mengacu pada pandangan Marx, pilates merupakan sebuah produk kebudayaan yang dapat digunakan sebagai sarana penyebaran dan penanaman ideologi. Ideologi dapat diartikan sebagai teori yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya (Tyas, 2020). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline