01 Mei 2016 Pukul 11.11 malam atau 23.11 WIB
Dalam seminggu ini penulis mendengar iklan Ujian Nasional yang ditujukan kepada siswa melalui layar TV. Penulis mengira iklan apa itu ? Baru sebatas mendengar beberapa kali. Sebab tidak sempat menontonnya.
Menurut pendapat penulis, sebaiknya iklan tersebut ditujukan untuk kepala-kepala daerah, kepala-kepala dinas pendidikan, kepala-kepala sekolah dan guru-guru. Mengapa harus mereka?
Kita tentu maklum, bila selama ini siswa kelas terakhir selalu dimanjakan dengan bonus kelulusan dan nilai UN yang besar-besar. Jika siswa yang mencari kunci jawaban, tentunya mudah sekali tertipu. Tapi bila guru-guru yang membuat kunci jawaban atau mencari kunci jawaban sampai ke lubang semut sekali pun, dijamin hasilnya bagus dan siswa tidak perlu membayar.
Iklan UN seperti itu memubazirkan uang. Aspek kejujurannya tinggal kemauan guru-guru. Bukan mendorong siswa untuk jujur begini-begitu. Alah kadal-kadalan semuanya. Omong kosong itu iklan.
Walaupun mulai dari kepala daerah sampai ke guru-gurunya diminta menandatangani kertas "fakta integritas", faktor kecurangan itu terasa juga. Coba Anda tinjau dari hasil US (Ujian Semester), Ujian praktek, nilai rapot siswa dari mulai semester I sampai semester V. Mana ada yang memerbolehkan diberi di bawah KKM? Sampai-sampai siswa yang jarang hadir di kelas pun masih bisa selamat dari kutukan ketidaklulusan. Ya memang Ujian sekarang tidak dibolehkan siswa tidak lulus. Kata ganti tidak lulus adalah "Nilai Kurang". Artinya bila siswa mau mengikuti UN saja itu sudah cakep. Apalagi bila guru-guru kurang perhitungan dengan memberi kunci jawaban yang benar semua, nilai 10 UN pasti banyak terjadi.
Sebaiknya bagaimana? Iklan tersebut disudahi saja, sebab tidak ada manfaatnya. Yang ada kita sebagai guru jengah. * Penulis: Guru SMP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H