Lihat ke Halaman Asli

Gusty Fahik

Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

Api di Niki Niki (1)

Diperbarui: 30 Januari 2019   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Datanglah pada waktu yang lain dan bisikkan
cinta yang lama menggema
di dalam dadamu
sebelum baginda menghunus kuasa
dan cecer darah membasuh jejak sejarah

takkan pernah kukhianati baginda
cintaku padanya ialah kepatuhan yang buta
dan sesal yang gagal menemu alasan

Bukan asmara,
Amarah-lah yang disulut  prajurit berambut jagung itu
Kala ia meludah di hadapan baginda
Seperti tombak menghujam jantung serdadu

Dan bunga api, seketika mekar di pelupuk mata sang raja
Kobar yang memantulkan cemburu dan benci,
Sedang dari balik bilik,
Selir yang kasmaran mencari-cari jawab
Kepada siapa cinta yang khianat itu akan ia baktikan?


(Kupang, 18-19)
Gusty Fahik, Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT (KampungNTT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline